Menagih utang seringkali menjadi perkara yang melelahkan, terlebih jika pihak yang berutang justru bersikap lebih galak dibanding orang yang meminjamkan. Janji pembayaran yang telah disepakati berulang kali dilanggar, disertai alasan-alasan klasik yang terus diulang.
Sebagian dari mereka mungkin beranggapan bahwa orang yang memberi pinjaman adalah sosok yang berkecukupan, sehingga tidak terlalu membutuhkan uang tersebut. Padahal, bisa saja dana yang dipinjamkan adalah bagian dari kebutuhan penting si pemberi pinjaman yang ia relakan demi membantu orang lain.
Fenomena seperti ini ternyata bukan hanya terjadi saat ini saja, tapi kisah ini juga pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad saw. Dahulu ada sahabat Nabi saw bernama Abu Qatadah ia memiliki piutang lalu mendatangi orang yang meminjam uangnya, namun orang tersebut bersembunyi dan hanya seorang anak kecil yang menemuinya. Abu Qatadah pun bertanya, “Di mana orang yang berutang?” lantas anak kecil tersebut menjawab, “ia ada dan sedang memakan khoziroh (nama makanan).” Kemudian Abu Qatadah pun memanggilnya dan berkata, “mengapa engkau bersembunyi dariku?”
Baca Juga: Punya Utang kepada yang Sudah Wafat, Bagaimana Membayarnya?
Orang-orang seperti ini ketika datang memelas namun saat ditagih malas, belum lagi ada yang bersembunyi demi menghindari penagih utang. Bahkan ada pula yang sampai mengancam. Maka dari itu, Rasulullah saw selalu membaca doa agar tidak terlilit utang. Doa ini diriwayatkan oleh Aisyah ra istri Rasulullah, bahwasannya Nabi saw selalu memanjatkan doa ini di dalam salatnya:
“Allahumma inni a’udzubika min adzabil qabri wa audzubika min fitnatil masihid dajjal wa-a’udzubika min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa a’udzubika minal ma’tsami wal maghrami”
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah Dajjal serta fitnah kehidupan dan kematian. Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari dosa dan utang.”
Persoalan utang piutang ini tidaklah sederhana, selain dapat merusak hubungan antara keduanya utang juga akan terbawa sampai ke akhirat. Solusinya ketika mendapati fenomena seperti ini yaitu doakan orang yang berutang dan tetap tagih sebagaimana yang dicontohkan oleh Abu Qatadah. Dengan demikian, penting bagi kita semua untuk menanamkan prinsip saling menghormati dalam urusan utang piutang. Karena sejatinya, yang membantu saat kita kesulitan pantas mendapat penghargaan, bukan perlakuan semena-mena.
Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.