Doa adalah senjata paling ampuh bagi orang beriman. Ia menjadi pelarian paling sunyi saat dunia terasa terlalu bising. Dalam suka maupun duka, doa adalah jembatan harapan antara hati yang rapuh dan Tuhan yang Maha Mendengar. Ada kalanya kita merasa tak ada jalan keluar, tak ada lagi yang bisa diandalkan, selain menengadahkan tangan dalam hening dan berharap langit terbuka. Namun tahukah kamu, ada waktu-waktu istimewa yang disebut mustajab, saat di mana doa memiliki peluang lebih besar dikabulkan oleh Allah Swt? Maka jangan sia-siakan momen ini. Karena bisa jadi, satu doa di waktu yang tepat, mampu mengubah hidup kita selamanya.

Tidur adalah salah satu nikmat terbesar yang Allah karuniakan bagi manusia. Ia menjadi waktu untuk memulihkan tubuh dan menenangkan jiwa.

”Ya Allah, dengan-Mu aku bersore hari, dengan-Mu kami hidup, dengan-Mu kami mati. Hanya kepada-Mu (kami) kembali.” (HR. Abu Dawud, At-Turmudzi, Ibnu Majah, dan lainnya).

Menagih utang seringkali menjadi perkara yang melelahkan, terlebih jika pihak yang berutang justru bersikap lebih galak dibanding orang yang meminjamkan. Janji pembayaran yang telah disepakati berulang kali dilanggar, disertai alasan-alasan klasik yang terus diulang. Orang-orang seperti ini ketika datang memelas namun saat ditagih malas.

Ubay bin Ka’ab memang berbeda dengan orang kebanyakan. Ketika orang lain tidak ingin sakit dan menginginkan kesehatan, Ubay malah minta sakit. Dan doanya dikabulkan Allah. Ubay bin Ka’ab selalu dalam keadaan sakit hingga meninggal dunia. Sakit tidak menghalanginya ibadah dan berjihad di jalan Allah Swt.

Manusia adalah makhluk yang sempurna. Dikatakan makhluk yang sempurna bukan berarti tidak pernah berbuat salah. Melainkan karena manusia dibekali dengan akal dan pikiran untuk membedakan mana yang baik dan tidak. Manusia memiliki sifat taat dan pembangkang. Tidak seperti malaikat yang memang sudah taat kepada Allah Swt. Jika manusia taat dan bertakwa, ia menjadi makhluk yang mulia. Tetapi jika manusia kerap berbuat dosa, kedudukannya bisa seperti hewan yang hina.

Beberapa hari ini, sebagian wilayah Indonesia mengalami bencana alam. Salah satunya bencana gempa bumi yang kita rasakan akhir-akhir ini. Bencana yang menimpa kita tidak lain adalah agar manusia terus mengingat Allah Swt. Bagian yang paling tidak boleh ditinggalkan ketika sedang terjadi bencana adalah memohon doa dan ampunan kepada Allah Swt. Gempa bumi merupakan hal yang sudah umum terjadi. Sebagai seorang muslim, kita percaya bahwa apapun yang terjadi atas kehendak Allah Swt. Gempa bumi juga tercatat dalam beberapa ayat Al-Qur’an, salah satunya adalah Al-Qur’an surah Al-Hadid ayat 22.

Dalam menunaikan zakat fitrah terdapat doa yang harus dibacakan oleh muzakki (orang yang menunaikan zakat). Doa ini sebenarnya adalah bentuk niat dan agar ibadah kita lebih dapat dimaknai oleh pelaksananya.

Dalam perjalanan hidup yang penuh liku, seringkali kita menyandarkan semua mimpi dan harapan pada doa yang kita panjatkan. Saat doa belum terkabul, bukan berarti Allah mengabaikan doa-doa kita. Namun Allah dengan segala kebijaksanaan-Nya memilih waktu yang terbaik sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Tidak ada doa yang sia-sia di hadapan-Nya, setiap doa didengar dan setiap harapan dicatat. Allah Swt berfirman : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS: Al Baqarah [2] : 186).

Islam mengajarkan bahwa setiap usaha manusia perlu diiringi dengan doa dan tawakal kepada Allah Swt. Tekanan pekerjaan, deadline, serta harapan dan tanggung jawab yang besar, membuat banyak dari kita terjebak dalam kecemasan dan ketidakpastian tentang hasil akhir dari segala usaha yang kita lakukan. Doa merupakan senjata seorang mukmin, sarana komunikasi langsung dengan Pencipta yang Mahakuasa.