Mengenai makna berbagi, Nasrul menjelaskan bahwa berbagi adalah suatu hal yang positif, karna dalam berbagi, kita bisa menolong dan bermanfaat banyak bagi orang disekitar kita. Selain itu juga untuk mempererat ”hablumminannas” yaitu antar sesama umat manusia.

Jika ada hal-hal yang membuat kita harus menolak pemberian orang lain, ucapkan kata maaf dan berikan alasan yang logis. Hal itu meminimalisir kesalahpahaman dan rasa kecewa berlebih.

Yuk, mari kita mulai paham bagaimana kondisi teman bicara kita ketika sedang ingin diajak bercanda dan tidak. Candaan yang berlebihan akan mengundang luka, bukan tawa. Bercanda bisa membawa pahala jika orang yang kita ajak bercanda merasa bahagia juga. Bercanda yang berlebihan, malah akan membuat keruh suasana. Kamu boleh bercanda tapi sewajarnya. Cukup sedekah saja yang dilebihkan, bercanda jangan berelebihan. Buat kamu yang senang sekali bercanda, semoga dalam beramal tidak sebercanda itu.

Sebagai umat muslim sekaligus makhluk sosial, kita tentu tahu bahwa salah satu ajaran Islam adalah mempergunakan kekayaan di jalan Allah agar harta tersebut menjadi berkah. Upaya tersebut kita lakukan dengan cara bersedekah atau berinfak. Secara umum, bersedekah artinya menyisihkan sebagian harta kita untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Inilah yang kemudian kita sebut sebagai perniagaan dengan Allah.

"Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui." (Q.S Al-Baqarah: 261).

Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Azhar Yogyakarta bekerja sama dengan SD Islam Al Azhar 56 Yogyakarta dalam kegiatan penghimpunan dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS), yang akan disalurkan kepada masyarakat di wilayah Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (19/7).

"Sedekah itu dapat memadamkan kesalahan, sebagaimana sebongkah es yang meleleh di atas batu karang.” (HR. Ibnu Hibban).

“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (Q.S Al-Baqarah: 267).

Suatu ketika, salah seorang anak Ali bin Abi Thalib sakit. Segala cara sudah dilakukan untuk kesembuhannya. Ali pun bernazar, jika anaknya sembuh, ia akan berpuasa selama tiga hari berturut-turut. Akhirnya Allah Swt. mengabulkan doanya. Anak Ali sembuh dari penyakitnya. Bersama istrinya Fatimah az-Zahra, ia menjalankan puasa nazar.

Sahabat, meski ikhlas kita masih menunggu, setidaknya kebaikan yang kita tunaikan sudah bisa membantu orang lain. Keikhlasan itu akan datang ketika kita melakukan kebiasaan baik secara terus menerus. Dalam Islam, penting untuk berusaha agar niat dalam melakukan sedekah benar-benar ikhlas. Meskipun demikian, tidak ada keharusan untuk menunda sedekah sampai kita merasa sepenuhnya ikhlas. Melakukan sedekah dengan niat awal yang baik, sambil terus memperbaiki dan meningkatkan keikhlasan kita adalah langkah yang dianjurkan.