Suatu ketika, salah seorang anak Ali bin Abi Thalib sakit. Segala cara sudah dilakukan untuk kesembuhannya. Ali pun bernazar, jika anaknya sembuh, ia akan berpuasa selama tiga hari berturut-turut. Akhirnya Allah Swt. mengabulkan doanya. Anak Ali sembuh dari penyakitnya. Bersama istrinya Fatimah az-Zahra, ia menjalankan puasa nazar.

Sahabat, meski ikhlas kita masih menunggu, setidaknya kebaikan yang kita tunaikan sudah bisa membantu orang lain. Keikhlasan itu akan datang ketika kita melakukan kebiasaan baik secara terus menerus. Dalam Islam, penting untuk berusaha agar niat dalam melakukan sedekah benar-benar ikhlas. Meskipun demikian, tidak ada keharusan untuk menunda sedekah sampai kita merasa sepenuhnya ikhlas. Melakukan sedekah dengan niat awal yang baik, sambil terus memperbaiki dan meningkatkan keikhlasan kita adalah langkah yang dianjurkan.

Bersedekah tidak hanya berarti memberi materi kepada yang membutuhkan, tetapi juga mencerminkan keimanan dan kepedulian terhadap sesama. Iduladha, dengan kurban sebagai ibadah istimewanya, mengajarkan tentang pengorbanan dan kepatuhan kepada Allah Swt serta membangun sikap sosial sesama manusia.

Definisi bahwa bersedekah tidak perlu menunggu kaya adalah benar adanya. Mengapa demikian? Karena bersedekah tidak harus dengan harta yang melimpah, tetapi sikap atau perilaku baik pun bisa terhitung sebagai sedekah. Sedekah yang paling ringan adalah senyum. ”Senyum adalah sedekah” bukan sekadar pepatah. Tetapi dalam hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Baihaqi, hal tersebut juga disebutkan. "Senyum manismu di hadapan saudaramu adalah sedekah." (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Baihaqi).

Sedekah atau memberi dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan adalah hal yang sangat penting dalam ajaran Islam. Sedekah tanpa pamrih menunjukkan kemurnian niat dan kesungguhan dalam beribadah kepada Allah Swt. Hal ini juga menunjukkan keikhlasan dalam memberi, tanpa mengharapkan balasan atau pujian dari orang lain. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah berbunyi: "Seseorang yang mengeluarkan sedekah lantas disembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya. (H.R Bukhari Muslim)

Anak-anak menjadi harta terbaik yang dimiliki untuk membangun peradaban di masa yang akan datang. Mendidik dan menanamkan sifat terpuji sejak dini pada anak menjadi kewajiban serta tanggung jawab setiap orang tua kepada titipan Allah Swt, salah satunya tentang amalan sedekah.

Memberi pinjaman kepada Allah artinya menggunakan harta kita untuk kebaikan di jalan Allah. Salah satu upaya yang bisa kita tempuh adalah bersedekah. Sedekah ini banyak sekali macamnya. Akan tetapi, Rasulullah bersabda dalam hadis riwayat Al-Baihaqi, “Tidak ada sedekah yang pahalanya lebih besar dari air.”

Sedekah memiliki banyak manfaat lainnya. Manfaat ini tentu akan dirasakan oleh banyak orang, seperti: sedekah adalah wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diberi pahala yang berlipatganda, membersihkan dan menambah harta. Dengan bersedekah, itu tandanya kita sudah membersihkan harta kita dari mengambil hak orang lain.

Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Azhar Cilacap kembali bagikan ratusan porsi makanan siap saji dalam kegiatan Jumat berkah. Tidak hanya 520 makanan siap saji juga ada 56 paket sayuran, dan lauk yang sukses disalurkan dengan baik dan tepat sasaran. Lokasi pendistribusian dilakukan di beberapa titik, seperti terminal, Pasar Tanjung, Pasar Gede, panti asuhan Nurul Qur’an, Ponpes Nurul Qomar, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tritih, dan Jeruklegi, Jumat, (12/01).

Kolaborasi antara LAZ Al Azhar Jawa Timur dan Depot Mantap sukses menggelar acara kebaikan dengan membagikan 70 paket makanan dalam kegiatan Jumat Berkah. Acara ini berlangsung pada Jumat, (22/12), dan menjadi wujud berbagi makan siang gratis bagi mereka yang membutuhkan.