Bertepatan dengan momentum Hari Tani Nasional, Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al
Azhar menggelar sharing session bersama Dai Sahabat Masyarakat (Dasamas)
penggerak desa. Mengangkat tema Desa Gemilang Mencetak Petani: Studi Kasus Desa
Gemilang Kotayasa Banyumas, kegiatan sharing session diisi langsung oleh
Ahmad Waluyo sebagai Koordinator Dai Sahabat Masyarakat (Dasamas) Jawa Tengah,
Selasa, (24/09).
Desa Kotayasa sendiri menjadi salah satu lokasi berjalannya program
Indonesia Gemilang, program pemberdayaan desa yang berorientasi untuk
memaksimalkan berbagai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
ada.
Dengan latar belakang desa yang secara statisik berada di bawah garis kemiskinan terbanyak se-Kecamatan Sumbang, sebagian besar penduduknya hanya mengenyam pendidikan tamatan sekolah dasar (SD). Minimnya pendidikan membuat masyarakat Desa Kotayasa mayoritas memiliki profesi sebagai buruh bangunan. Hal ini menjadi perhatian penting bersama, pasalnya Desa Kotayasa memiliki potensi alam dan wisata yang melimpah.
Baca juga: September Ceria, Petani Desa Besur Bahagia Hasil Panen Melimpah
Menurut Ahmad Waluyo, proses tahap awal menjadi Dasamas yakni dengan
berinteraksi langsung dengan masyarakat yang tentu memiliki karaker yang
berbeda setiap individunya. Hal tersebut menjadi salah satu tugas dan peran
Dasamas yakni sebagai seorang penyuluh, mediator, motivator, mobilisator, dan
juga coach bagi masyarakat
”Pemilihan sosok Dasamas menjadi tonggak keberhasilan berjalannya program
Indonesia Gemilang. Seorang Dasamas juga dituntut untuk berpikir global,
sedangkan bertindak dengan menerapkan strategi lokal yang melibatkan kolaborasi
bersama ABCG-M (Akademisi, Bisnis, Komunitas, Pemerintah, dan Media),”
ujarnya.
Program Indonesia Gemilang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pedesaan yang bertumpu pada potensi lokal diiringi dengan tumbuhnya
norma agama, sosial, dan budaya lokal secara terintegras.
Berjalannya pendampingan desa yang dilakukan Dasamas LAZ Al Azhar telah
menghadirkan berbagai perubahan salah satunya dengan meningkatnya pasokan air
bersih yang sebelumnya desa tersebut kerap mengalami kekeringan.
”Sebenarnya Desa Kotayasa ini memiliki air yang sangat melimpah, namun seringkali mengalami kekeringan. Secara bergotong royong kami mencoba menggunakan teknologi hydra sehingga air dapat diakses dengan mudah dengan jumlah yang melimpah,” ungkap Waluyo.
Baca juga: Dari Rumah Bibit Desa Gemilang Kampung Perubahan Sukawangi Warga Bisa Panen 35 Kilogram Pakcoy
Berbagai program pemberdayaan di bidang pertanian terus dilakukan di antaranya
dengan mengembangkan berbagai instrumen pemberdayaan di Desa Kotayasa berupa
Rumah Bibit yang menyediakan bibit tanaman untuk kebutuhan sosial dan bisnis, demplot
tanaman hortikultura dengan membuat contoh dan model pengemangan bisnis usaha
tani berorientasi bisnis, demplot tanaman pangan dengan membuat contoh dan
model budidaya tanaman pangan yang ramah lingkungan, Rumah Pembiayaan Pertanian
(RPP) yang dapat memberikan solusi untuk modal usaha tani dengan model
pembiayaan dan akad syariah, serta Dapur Hidup.
Waluyo juga
menambahkan seiring dengan berjalannya waktu di era moderen ini dibutuhkan para
petani muda sebagai regenerasi yang dapat memaksimalkan kemajuan digitalisasi
sebagai upaya meningkatkan hasil produksi pertanian yang efisien.
”Menjadi tugas bersama saat ini yaitu bagaimana kita membuat bahwa dunia pertanian itu menarik dan menjadi profesi yang diminati generasi muda,” katanya.
Materi sharing
session dapat diunduh di sini!