Merdeka, tapi Masih Luka

Merdeka, tapi Masih Luka


Eliyah
17/08/2025
17 VIEWS
SHARE

Kita sudah merdeka, begitu kata buku sejarah, kata pidato kenegaraan, kata baliho besar di tiap perempatan jalan. Tapi di balik gegap gempita bendera yang berkibar, masih ada luka-luka yang belum sembuh, bahkan dari zaman sebelum kita lahir. 

Setiap tanggal 17 Agustus, kita merayakan kemerdekaan dengan upacara, lomba-lomba, dan jargon semangat yang menggema dari ruang kelas hingga linimasa media sosial. Tapi, apakah benar kita sudah merdeka? Hmmmm, atau jangan-jangan, kemerdekaan hanya milik segelintir orang? Yang duduk nyaman di kursi empuk, sementara sebagian rakyat masih bertarung dengan harga beras, biaya listrik yang kian membebani, dan upah yang belum cukup untuk sekadar hidup layak?

Kita bicara soal persatuan, tapi nyatanya, perbedaan masih sering dijadikan senjata. Sebagian suara dibungkam hanya karena beda pendapat, minoritas dilabeli stigma, dan perempuan masih harus membuktikan dua kali lipat hanya untuk diakui. Apakah ini wajah kemerdekaan yang dulu diperjuangkan dengan darah dan air mata? Atau ini hanyalah bayangan samar dari keadilan sosial yang seharusnya kita miliki?

Di tengah euforia kemerdekaan RI, berkaca pada kondisi ekonomi: harga pangan naik, ongkos hidup makin tinggi, tapi pendapatan stagnan. Yang kaya makin leluasa memperbesar pundi-pundinya, sementara yang miskin dipaksa bersyukur atas bantuan yang tak seberapa. Generasi muda terjebak di antara idealisme dan realita: kerja tak sesuai passion atau hidup tak sesuai kebutuhan.

Baca juga: Merdeka untuk Alam: Saat Cinta Tanah Air Juga Berarti Cinta Bumi

Gelombang protes, kritikan hampir di semua media, mungkin inilah bukti cinta dari anak muda: mereka bersuara, menulis, turun ke jalan, berkarya, bertanya, dan kadang menangis. Kita mendamba tanah air yang adil, bukan hanya bagi mereka yang punya koneksi, tapi juga bagi semua masyarakat yang hanya punya mimpi.

Indonesia, delapan dekade merdeka. Semoga kita semakin jujur pada diri sendiri, semakin adil dalam kebijakan, dan semakin merata dalam kesejahteraan. Yang terpenting, semoga hadir kemanusiaan yang tidak lagi dilabeli dengan harga.

Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA