Bulan Muharam: Saat Ibadah Dibungkus Tradisi

Bulan Muharam: Saat Ibadah Dibungkus Tradisi


Risdawati
07/07/2025
25 VIEWS
SHARE

Bid’ah secara umum dipahami sebagai segala bentuk amalan atau perbuatan baru dalam agama yang tidak dilakukan dan tidak diperintahkan oleh Rasulullah saw, namun berkembang di kalangan masyarakat setelah wafatnya beliau. Dalam Islam, tidak semua bid’ah memiliki derajat yang sama. Ada yang jelas tercela dan menyesatkan, dan ada pula yang bersifat mubah (boleh) selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat.

Bid’ah yang sifatnya tercela dan menyesatkan umat dengan tegas dilarang dan sebaiknya dihindari, tapi bid’ah yang sifatnya baik serta tidak menyesatkan seperti berdoa dan berzikir itu diperbolehkan selagi amalan tersebut menjadikan seseorang lebih taat kepada Allah Swt, dan selama perbuatan tersebut tidak melanggar atau menambah/mengurangi ketentuan ibadah yang mutlak sudah ditetapkan.

Berikut amalan-amalan yang dianggap bid’ah di bulan Muharam:

1. Mengkeramatkan bulan Muharam

Tidak mengadakan acara hajatan seperti menikah, khitanan, dan membuat rumah karena dianggap akan mendatangkan kesialan dan malapetaka bagi yang melanggar.

2. Membaca doa awal dan akhir tahun

Menurut Syaikh Bakr Bin Abdillah Abu Zaid, tidak ada dalam syariat doa, zikir, puasa awal tahun, puasa akhir tahun, menghidupkan malam pertama dengan salat dan lain sebagainya.

Meskipun begitu menurut pandangan Buya Yahya, melakukan penambahan (variasi) dalam ibadah yang sudah ditentukan secara mutlak itu tidaklah boleh. Meskipun seseorang pandai dalam gerakan senam maka tidak diperbolehkan menambahkan gerakan dalam salat. Zikir merupakan ibadah yang dibebaskan dan tidak terikat karena itulah memperbanyak zikir salah satunya dengan doa dan ini dibolehkan.

Baca Juga: Bulan Muharam, Waktunya Menggenggam Surga Lewat Senyum Yatim

3. Membaca doa Asyura dengan keyakinan tertentu

Membaca doa Asyura dengan keyakinan tidak akan meninggal pada tahun tersebut merupakan bid’ah yang menyesatkan dan tentunya tidaklah masuk akal. Sebab kematian hanya Allah yang tahu. Allah berfirman dalam surah Nuh ayat 4 yang berbunyi:

“Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui.” (QS. Nuh: 4).

4. Memperingati hari kematian Husein

Alangkah bagusnya ucapan al-Hafizh Ibnu Rojab: “Adapun menjadikan hari Asyura sebagai hari kesedihan/ratapan sebagaimana dilakukan oleh kaum Rafidhah (Syiah) karena terbunuhnya Husain bin Ali, maka hal itu termasuk perbuatan orang yang tersesat usahanya dalam kehidupan dunia sedangkan dia mengira berbuat baik. Allah dan Rasul-Nya saja tidak pernah memerintahkan agar hari musibah dan kematian para nabi dijadikan ratapan, lantas bagaimana dengan orang yang selain mereka?”

5. Perayaan adat Istiadat di Indonesia 

Perayaan yang paling terkenal yaitu perayaan 1 Suro yang sering dilakukan oleh masyarakat khususnya di Jawa yang budaya kejawennya masih kental seperti mengadakan upacara ruwatan dengan mengirimkan sesajen atau tumbal ke laut.

Menyikapi berbagai macam tradisi, ritual, dan amalan yang jauh dari ajaran Islam, sebagai seorang muslim sebaiknya kita menghindari hal-hal yang cenderung mengarah pada bid’ah, takhayul dan syirik. Maka marilah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah Swt, semoga Allah menolong kita dari kemusyrikan.


Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA