Ummu Sinan Aslamiyah: Perempuan Tangguh di Perang Khaibar

Ummu Sinan Aslamiyah: Perempuan Tangguh di Perang Khaibar


Risdawati
23/09/2025
23 VIEWS
SHARE

Dalam sejarah peperangan, biasanya selalu identik dengan sosok prajurit laki-laki yang gagah dan lihai memainkan pedang. Namun, tak sedikit perempuan tangguh yang juga mengambil peran penting dalam medan jihad. Bukan hanya sebagai perawat atau pengurus logistik, beberapa dari mereka bahkan ikut terjun langsung dalam pertempuran, menunjukkan keberanian dan kecakapan yang tak kalah dari kaum laki-laki.

Salah satu sosok perempuan istimewa itu adalah Ummu Sinan Aslamiyah, seorang sahabiyah Rasulullah saw (sahabat perempuan Nabi Muhammad saw) yang dikenal tangguh, pemberani, pandai menunggang kuda, serta mahir dalam urusan perang. Sosoknya menjadi teladan dalam keberanian dan pengorbanan di jalan Allah.

Lantas siapa Ummu Sinan? Dan apa perannya dalam peperangan Islam di era Rasulullah saw?

Ummu Sinan adalah penduduk desa yang tinggal di sekitar Madinah saat Nabi Muhammad saw hijrah ke sana. Ummu Sinan mendatangi Nabi untuk membaiat dan memeluk Islam. 

Baca Juga: Perang-perang yang Terjadi pada Masa Dakwah Nabi Muhammad

Saat seruan jihad berkumandang, seketika Ummu Sinan bertekad untuk ikut berangkat memberikan bantuan semampunya. Dengan penuh semangat ia mendatangi Rasulullah dan memohon izin untuk turut serta berjihad ke Khaibar.

“Wahai Rasulullah, aku ingin berangkat bersamamu menghadapi musuh. Aku bisa memberi minum orang yang kehausan, juga mengobati orang yang sakit dan terluka,” ujarnya.

Rasulullah pun mengizinkannya untuk ikut berjuang. “Baiklah, berangkatlah kau dengan berkah Allah Ta’ala. Kau juga mempunyai beberapa rekan yang akan turut serta. Aku telah mengizinkan para wanita dan beberapa orang lainnya dari kaummu. Keputusan ada di tanganmu, apakah kau ikut bersama kaummu atau ikut rombongan kami?” tanya Rasulullah.

 Ummu Sinan menjawab, “Aku akan ikut ke dalam rombonganmu.” 

“Baiklah, berangkatlah kau bersama istriku, Ummu Salamah,” perintah Nabi saw. Lalu, Ummu Sinan berangkat bersama Ummu Salamah menuju medan Perang Khaibar. Ummu Sinan adalah wanita berwawasan luas yang berkaitan dengan peran perempuan tatkala berada di tengah barisan para mujahidin.

Di medan jihad ia memberi minum anggota pasukan yang terluka dan mengobati mereka yang cedera. Tidak hanya pandai merawat orang, Ummu Sinan juga kompeten berperang dan menunggang kuda.

Berkat peran dan kontribusinya di medan jihad, Ummu Sinan kerap mendapatkan hadiah dari Nabi Muhammad saw berupa kalung merah, perhiasan perak, kain beludru, selimut Yaman hingga kuali kuningan yang berasal dari harta rampasan perang.

Dalam sebuah hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Rasulullah saw bersabda: “Quraisy, Ansar, Juhainah, Aslam, Asyja, dan Ghifar adalah para budak. Mereka tidak memiliki tuan lain selain Allah Swt dan Rasul-Nya.”

Ummu Sinan berasal dari suku Aslam, salah satu kabilah yang sangat dicintai oleh Rasulullah saw karena ketulusan dan ketaatan mereka dalam memeluk Islam. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda: “Aslam dibaguskan oleh Allah, Ghifar diampuni oleh Allah. Aku tidak mengatakan hal ini, tetapi Allah Swt yang mengatakannya.”

Suku Aslam dikenal memiliki ikatan keimanan yang kuat dengan Nabi saw dan Ummu Sinan menjadi salah satu representasi terbaik dari kabilah ini.

Setelah penaklukan Khaibar, Ummu Sinan pulang bersama Ummu Salamah. Ia menunggangi unta milik Nabi saw dan ketika hampir memasuki kota Madinah, Ummu Salamah berkata kepadanya, “unta yang kamu tunggangi ini menjadi milikmu, Rasulullah saw telah memberikannya kepadamu.”

Baca Juga: Semangat Berjihad tapi Penghuni Neraka, Kok Bisa!?

Tak hanya di Khaibar, Ummu Sinan juga aktif dalam berbagai peristiwa penting lainnya. Ia ikut dalam Perang Tabuk yang terjadi pada Rajab 9 Hijriah. Dalam peristiwa itu, Rasulullah saw menyeru dan memerintahkan kaum Muslim untuk berjihad, berlomba-lomba dalam bersedekah, dan menafkahkan harta mereka di jalan Allah Swt sesuai kemampuan masing-masing.

 Sepanjang hidupnya, Ummu Sinan senantiasa mematuhi segala perintah Allah dan Rasul-Nya. Baginya, memperjuangkan agama Allah adalah kewajiban setiap Muslim. Ia tidak pernah ragu meninggalkan urusan duniawi demi mencapai kemuliaan di akhirat. Kehidupannya dipenuhi visi akhirat. Karena itulah namanya abadi dalam sejarah Islam, sebagai sahabiyah yang layak dijadikan teladan bagi muslimah di akhir zaman.


Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA