Di tengah kemajuan teknologi dan menjamurnya pekerjaan digital, profesi petani justru makin ditinggalkan, terutama oleh generasi muda. Ironisnya, Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris kini menghadapi kenyataan pahit: pertanian tak lagi menjadi pilihan utama mata pencaharian bagi banyak anak muda.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik, dari total 270 juta penduduk Indonesia, hanya sekitar 33,4 juta orang yang bekerja sebagai petani. Lebih memprihatinkan lagi, mayoritas di antaranya sudah berusia lanjut. Lalu, siapa yang akan melanjutkan tongkat estafet pertanian di masa depan?
Peringatan Hari Tani Nasional ke-65, yang lahir dari Undang-Undang Pokok Agraria tahun 1960, menjadi saat yang tepat untuk membuka mata bersama. Hari Tani bukan sekadar mengenang sejarah perjuangan agraria, tapi juga menjadi momentum penting untuk melihat ke depan: apakah generasi muda benar-benar enggan bertani? Atau sebenarnya, mereka sedang menciptakan wajah baru bagi pertanian Indonesia?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu melihat bagaimana citra pertanian kini telah berubah di mata generasi muda.
Citra Pertanian Berubah
Selama bertahun-tahun, sektor pertanian dianggap sebagai pekerjaan “kuno”, kotor, dan identik dengan kemiskinan. Tak heran jika banyak anak muda enggan turun ke sawah dan lebih memilih pekerjaan di sektor jasa atau industri. Namun seiring berkembangnya teknologi dan kesadaran akan pentingnya kemandirian pangan, perlahan citra pertanian mulai berubah.
Kini, citra bertani tak lagi lekat dengan cangkul dan lumpur. Berkat teknologi dan kesadaran pangan, pertanian mulai dipandang sebagai profesi yang modern dan menjanjikan. Anak muda mulai mengenal smart farming, hydroponic system, vertical farming, hingga pemanfaatan Internet of Things (IoT) dan drone dalam mengelola lahan.
Tokoh-Tokoh Muda Milenial Sukses di Bidang Pertanian
Di berbagai daerah, mulai bermunculan petani muda yang sukses dengan pendekatan yang berbeda-beda. Berikut beberapa contoh petani muda yang membuktikan bahwa bertani bisa menjadi jalan sukses.
1. Ali Maskur Musa – Jawa Timur: Petani milenial yang mengembangkan pertanian organik dengan sistem digital di Malang. Ia mendirikan komunitas petani muda dan menjadi trainer nasional dalam pertanian modern.
2. Fachry Arfan – Aceh: Lulusan IPB yang memilih kembali ke desa untuk mengembangkan sistem pertanian terpadu. Kini menjadi pengusaha muda yang mengelola lahan produktif dan memberi pelatihan bagi pemuda desa.
3. Kartika Sari – Sulawesi Selatan: Petani milenial yang sukses mengembangkan pertanian hortikultura organik di Gowa. Ia memanfaatkan Instagram untuk menjual hasil tani langsung ke konsumen kota.
4. Muhammad Al Fatih Timur (CEO Kitabisa.com): Meski bukan petani, ia menggagas Petani.org, platform crowdfunding untuk membantu petani kecil. Ia menunjukkan bahwa teknologi digital bisa menjadi katalis pemberdayaan sektor agraris.
Tokoh-tokoh ini membuktikan bahwa anak muda tidak hanya bisa bertani, tapi juga memimpin transformasi sektor pertanian ke arah yang lebih inovatif dan mandiri.
Dukungan Pemerintah dan Komunitas
Menjawab tren positif ini, pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan sejumlah lembaga, mulai meluncurkan berbagai program yang mendukung anak muda bertani, seperti:
1. Program YESS (Youth Entrepreneurship and Employment Support Services), memiliki tujuan melahirkan wirausahawan milenial yang tangguh dan dapat membangun masa depan pertanian Indonesia yang lebih kuat dan berkelanjutan.
2. Program Kartu Tani Milenial, memiliki tujuan melatih dan mengembangkan generasi muda menjadi petani modern dan wirausahawan di bidang pertanian.
3. Program Pelatihan dan pendampingan pertanian berbasis teknologi, program ini bertujuan agar generasi muda terampil dan dapat memanfaatkan teknologi untuk pertanian.
Jadi, benarkah generasi muda malas bertani? Tidak juga. Mereka hanya membutuhkan ruang, dukungan, dan cara pandang baru terhadap dunia pertanian. Faktanya, saat ini pertanian tengah mengalami transformasi besar yang justru dipelopori oleh anak-anak muda yang visioner dan inovatif.
Di momen Hari Tani Nasional ini, mari kita memberi ruang dan panggung bagi mereka yang memilih turun ke sawah bukan karena terpaksa, tetapi karena mereka yakin bahwa masa depan pangan Indonesia ada di tangan mereka.
Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.