Pernahkah kamu merasa hidupmu terhenti di satu titik?, ketika mimpi terasa jauh, dan modal hanyalah sebatas tekad.
Itulah yang dialami Muhammad Taufik Hudaya (26), seorang pemuda dari Pamulihan. Ia bukan lulusan bisnis, bukan pula anak konglomerat. Namun ada satu hal yang ia punya sejak awal: keberanian untuk terus mencoba.
Taufik merintis usaha dari hal sederhana: menjual cireng isi dan pisang aroma. Gerobak kecil, bahan seadanya, dan harapan besar, itulah modal awalnya. Namun tentu saja, semangat saja tak cukup, ia butuh lebih dari itu.
Hingga suatu hari, cahaya itu datang dari Program Pemberdayaan Ekonomi Umat (PEU) yang digagas KUA Pamulihan bersama LAZ Al Azhar. Taufik menjadi salah satu penerima manfaat. Bantuan yang ia dapatkan bukan sekadar dana, tetapi sebuah kepercayaan. Pinjaman modal usaha dengan akad Qordhul Hasan, tanpa bunga, tanpa tekanan, tetapi dengan harapan besar.
Selama sembilan bulan, ia dibimbing secara intensif. Ia mengikuti pelatihan rutin bersama pendamping dari LAZ Al Azhar dan penyuluhan KUA. Dari yang awalnya tidak pernah mencatat pemasukan dan pengeluaran, kini ia mulai rapi dan sistematis. Dari yang hanya bisa menjajakan dagangan, kini ia belajar membaca peluang dan mengelola aset. Hasilnya? Luar biasa.
Omzet yang dulunya hanya sekitar Rp3,5 juta per bulan kini melonjak jadi Rp7 juta rupiah. Bukan sekadar angka yang naik, tetapi percaya dirinya pun tumbuh. Ia tak lagi hanya berdagang untuk bertahan, tapi mulai merancang perkembangan.
Hari ini, Taufik sedang bersiap membuka cabang usaha baru. Ya, dari satu gerobak kini akan menjadi dua. Bahkan ia mulai menggandeng keluarganya, mempekerjakan satu orang saudara untuk turut serta merasakan manfaat dari usaha ini. Taufik bukan lagi sekadar penjual cireng atau pisang aroma. Ia sedang membuktikan bahwa dengan dukungan yang tepat, seseorang bisa mengubah hidupnya, bahkan mungkin hidup orang lain.
Dan semua itu bermula dari satu hal: kepercayaan.