SDIA 23 Jatikramat Menulis untuk Palestina: Dari Ruang Kelas Menuju Aksi Kemanusiaan

SDIA 23 Jatikramat Menulis untuk Palestina: Dari Ruang Kelas Menuju Aksi Kemanusiaan


Sigit Nugroho
25/07/2025
55 VIEWS
SHARE

Bekasi, (14/07) – Ada sesuatu yang berbeda di SD Islam Al Azhar 23 Jatikramat pagi itu. Suasana sekolah dipenuhi semangat, keceriaan, dan haru. Melalui rangkaian kegiatan bertajuk Gebyar P3MA: We Stand with Palestina, anak-anak kelas 4 tak hanya menunjukkan bakat mereka, tapi juga belajar tentang empati dan aksi nyata untuk sesama.

Salah satu momen paling mengesankan adalah peluncuran buku "Dalam Satu Buku", kumpulan 59 karya orisinal dari para murid kelas 4. Ditulis dengan tangan sendiri, kemudian diketik ulang dan dicetak, buku ini menjadi simbol bahwa imajinasi anak-anak bisa menjadi alat untuk menebar kebaikan. Meski isi tulisan tidak membahas Palestina secara langsung, semangat solidaritas tetap mengalir di setiap halamannya.

Buku tersebut tak hanya dibaca tapi juga dijual. Sebanyak 143 eksemplar berhasil terjual, dan seluruh hasil penjualannya, ditambah donasi dari orang tua dan guru, didedikasikan untuk saudara-saudara di Palestina melalui LAZ Al Azhar. Total dana yang terkumpul mencapai Rp8.000.000, sebuah angka yang mungkin sederhana, tapi sarat makna dan kasih.




Yang membuat kegiatan ini semakin hidup adalah ketika anak-anak mempresentasikan buku mereka di hadapan orang tua. Mereka belajar menyampaikan gagasan, melatih keberanian, dan memahami bahwa sebuah karya juga bisa memiliki nilai sosial. Ini bukan sekadar pelajaran public speaking, tapi pengalaman belajar yang menyentuh hati.

Tak berhenti di sana, murid-murid juga menuangkan dukungan mereka untuk Palestina lewat poster-poster penuh warna dan makna. Poster-poster ini kemudian dipamerkan dalam pameran terbuka yang menyuarakan harapan damai, keadilan, dan kepedulian dari sudut pandang anak-anak. Mereka juga menampilkan puisi, tarian khas Palestina, mini drama, hingga lagu bertema solidaritas, menjadikan kegiatan ini kaya akan nuansa seni dan empati.

Kepala Sekolah SDIA 23 Jatikramat, Bapak Marjuki, S.Pd, mengungkapkan kebanggaannya atas semangat para murid dan guru, “Ini bukan hanya soal menulis atau menggambar, tapi soal menumbuhkan kesadaran. Anak-anak belajar bahwa karya mereka bisa menjadi bagian dari perubahan.”

Senada dengan itu, Ibu Yayuk Yulianis, guru kelas 4 sekaligus koordinator kegiatan, menekankan pentingnya proses dan nilai yang dipelajari, “Kami ingin anak-anak tidak hanya membuat karya, tapi juga memperjuangkan maknanya. Ini adalah pelajaran untuk peduli, berani, dan bertanggung jawab.”

Melalui kegiatan ini, SDIA 23 Jatikramat membuktikan bahwa murid sekolah dasar pun mampu mengambil peran dalam isu-isu besar dunia. Dari menulis, mempresentasikan, berdonasi, hingga berkarya seni semuanya menjadi rangkaian pembelajaran berharga.
“Dalam Satu Buku” bukan sekadar cerita, tapi suara hati dan aksi nyata generasi masa depan.

 

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA