Bekasi, (14/07) – Ada sesuatu yang berbeda di SD
Islam Al Azhar 23 Jatikramat pagi itu. Suasana sekolah dipenuhi semangat,
keceriaan, dan haru. Melalui rangkaian kegiatan bertajuk Gebyar P3MA: We
Stand with Palestina, anak-anak kelas 4 tak hanya menunjukkan bakat
mereka, tapi juga belajar tentang empati dan aksi nyata untuk sesama.
Salah satu
momen paling mengesankan adalah peluncuran buku "Dalam Satu Buku",
kumpulan 59 karya orisinal dari para murid kelas 4. Ditulis dengan tangan
sendiri, kemudian diketik ulang dan dicetak, buku ini menjadi simbol bahwa
imajinasi anak-anak bisa menjadi alat untuk menebar kebaikan. Meski isi
tulisan tidak membahas Palestina secara langsung, semangat solidaritas tetap
mengalir di setiap halamannya.
Buku tersebut tak hanya dibaca tapi juga dijual. Sebanyak 143 eksemplar berhasil terjual, dan seluruh hasil penjualannya, ditambah donasi dari orang tua dan guru, didedikasikan untuk saudara-saudara di Palestina melalui LAZ Al Azhar. Total dana yang terkumpul mencapai Rp8.000.000, sebuah angka yang mungkin sederhana, tapi sarat makna dan kasih.
Yang membuat
kegiatan ini semakin hidup adalah ketika anak-anak mempresentasikan buku mereka
di hadapan orang tua. Mereka belajar menyampaikan gagasan, melatih keberanian,
dan memahami bahwa sebuah karya juga bisa memiliki nilai sosial. Ini bukan
sekadar pelajaran public speaking, tapi pengalaman belajar yang menyentuh hati.
Tak berhenti di sana, murid-murid juga menuangkan
dukungan mereka untuk Palestina lewat poster-poster penuh warna dan makna. Poster-poster ini kemudian dipamerkan
dalam pameran terbuka yang menyuarakan harapan damai, keadilan, dan kepedulian
dari sudut pandang anak-anak. Mereka juga menampilkan puisi, tarian khas Palestina,
mini drama, hingga lagu bertema solidaritas, menjadikan kegiatan ini kaya akan
nuansa seni dan empati.
Kepala Sekolah SDIA 23 Jatikramat, Bapak Marjuki,
S.Pd, mengungkapkan kebanggaannya atas semangat para murid dan guru, “Ini bukan hanya soal menulis atau
menggambar, tapi soal menumbuhkan kesadaran. Anak-anak belajar bahwa karya
mereka bisa menjadi bagian dari perubahan.”
Senada dengan itu, Ibu Yayuk Yulianis, guru kelas
4 sekaligus koordinator kegiatan, menekankan pentingnya proses dan nilai yang
dipelajari, “Kami ingin anak-anak tidak hanya membuat karya, tapi juga
memperjuangkan maknanya. Ini
adalah pelajaran untuk peduli, berani, dan bertanggung jawab.”
Melalui
kegiatan ini, SDIA 23 Jatikramat membuktikan bahwa murid sekolah dasar pun
mampu mengambil peran dalam isu-isu besar dunia. Dari menulis,
mempresentasikan, berdonasi, hingga berkarya seni semuanya menjadi rangkaian
pembelajaran berharga.
“Dalam Satu Buku” bukan sekadar cerita, tapi suara hati dan aksi nyata
generasi masa depan.