Sebuah adegan yang sarat simbolisme dan dipenuhi sentimen polos tergambar dari puluhan anak yang berdiri di balik pagar besi, sambil memukul panci dan alat makan yang berbahan logam. Denting-denting itu bukan sekadar bunyi, itu adalah jeritan diam untuk Gaza, sebuah bentuk solidaritas polos yang datang dari hati yang belum tercemar. Aksi ini berlangsung pada Senin malam di kawasan Al-Tafayleh, pusat Kota Amman, Yordania.
Bukan hanya anak-anak yang hadir. Para orang tua pun turut mengambil bagian, berdiri berdampingan. Suara denting panci dan alat makan mulai terdengar nyaring seperti teriakan minta tolong dari balik tembok, meniru suara kelaparan yang datang dari Gaza yang terkepung oleh blokade Israel.
Musab al-Harasis, salah satu orang tua yang berpartisipasi mengatakan kepada Al Jazeera Net. “Panci-panci kosong yang dijatuhkan anak-anak ini menyerupai meja-meja warga Gaza saat ini: kosong, sunyi dan menanti secercah harapan.”
Baca Juga: Empat Tahun Usia Razan, Dihabisi oleh Lapar dan Diamnya Dunia
Solidaritas ini terbentuk atas inisiatif masyarakat sekitar dan aktivis lokal yang melibatkan anak-anak agar tertanam rasa kolektif perjuangan Palestina di hati mereka.
“Apa yang kami lakukan hanyalah upaya sederhana untuk menunjukan bahwa kami merasakan kelaparan seperti anak-anak Gaza, seolah-olah mereka anak-anak kami sendiri.” tambahnya.
Simbol-simbol yang ditunjukan seperti pagar melambangkan pengepungan Gaza secara paksa, sedangkan panci dan alat makan melambangkan perut kosong yang tak mampu menemukan apa pun untuk memuaskan rasa lapar.
Moaz al-Raoud, ayah Al-Yaman yang ikut serta dengan saudara perempuannya, Naya dan Yara mengatakan, “Panggangan yang dibunyikan di lingkungan ini merupakan lonceng hati nurani yang harus menyadarkan dunia dari kebisuannya yang memalukan terhadap anak-anak Gaza, yang dikepung kelaparan, alih-alih dirangkul dengan kasih sayang.”
Dentingan panci itu tidak sia-sia. Meskipun hanya menggunakan alat-alat sederhana, aksi mereka langsung mencuri perhatian dari pengguna media sosial yang juga mendukung dan menyerukan untuk segera menyelamatkan anak-anak Gaza dari kematian secara perlahan. Anak-anak ini pun mulai mengurangi uang saku mereka dan menyumbangkannya untuk anak-anak Gaza.
Baca Juga: Tepung 3.000 Kali Lebih Mahal, Gaza Kelaparan Masihkah Kita Diam?
Dalam kesempatan yang sama Al-Harasis mengatakan, “Anak-anak kami mampu menyampaikan pesan, meskipun hanya simbolis. Namun adegan ini tidak akan terlupakan dan akan menjadi bukti masa ketika anak-anak dibiarkan mati kelaparan di hadapan dunia.”
Ketika dunia memilih bungkam, biarkan suara anak-anak yang mengetuk panci menjadi gema yang membelah diam. Sebab kadang, jeritan paling jujur lahir dari mulut yang belum mengerti kata-kata, tapi paham arti lapar. Padamnya kepedulian adalah awal dari matinya kemanusiaan. Maka nyalakan, dan jangan biarkan ia redup dan padam.
Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.