Apa yang tersisa dari kemanusiaan ketika seorang dokter yang mengabdikan hidupnya untuk menyelamatkan nyawa justru dijadikan target? Penculikan Dr. Marwan Al-Hams oleh otoritas Israel bukan hanya sekadar tindakan represif, melainkan simbol nyata dari krisis kemanusiaan yang terus memburuk di wilayah Gaza. Dunia internasional kini kembali dihadapkan pada pertanyaan mendasar: sampai kapan pelanggaran terhadap warga sipil termasuk tenaga medis akan terus dibiarkan?
Dr. Marwan Al-Hams adalah direktur Rumah Sakit Abu Yousef al Najjar di Rafah, sebelum dihancurkan selama invasi militer Israel ke kota tersebut. Ia bertanggung jawab dalam mengelola arsip rumah sakit lapangan dan juga menjabat sebagai juru bicara Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza.
Sebagai seorang juru bicara Kementerian Kesehatan, Dr. Marwan Al-Hams selalu menyampaikan kepada dunia rasa sakit anak-anak Gaza yang sekarat karena kelaparan, luka yang tak tertangani dengan baik karena kekurangan obat-obatan, dan suara tangisan pilu para ibu di gerbang rumah sakit.
Baca Juga: dr. Marwan Al Sultan: Nama yang Kecil di Dunia, Besar di Gaza, Abadi di Surga
Penculikan terhadap Dr. Al-Hams terjadi ketika ia sedang mengunjungi Rumah Sakit Palang Merah di sebelah barat Khan Yunis, di Jalur Gaza Selatan. Tidak hanya itu, Israel juga membunuh seorang jurnalis Tamer al Zaneen dan melukai jurnalis Ibrahim Abu Asyibah. Menurut Dr. Munir Al-Barash, penculikan tersebut merupakan penargetan langsung oleh pasukan Israel di Jalur Gaza.
Menurut sumber lokal, pasukan Israel menembaki warga sipil di kafetaria dekat rumah sakit dan menewaskan dua orang termasuk Tamer. Sedangkan Dr. Al-Hams diculik secara paksa dan seorang supir ambulans yang mendampinginya pun ikut terluka. Dr. Marwan Al-Hams dibawa ke pusat introgasi Israel di Rafah.
Kejadian tersebut mendapatkan kecaman keras dari Kementerian Kesehatan Palestina, “Tindakan ini merupakan ekskalasi serius dan serangan langsung terhadap orang sakit, lapar, dan menderita di Jalur Gaza.”
Baca Juga: Empat Tahun Usia Razan, Dihabisi oleh Lapar dan Diamnya Dunia
Dalam konteks yang sama, Ismail Al Tawabtah seorang direktur Kantor Media Pemerintah mengatakan:
“Pasukan Israel bertanggung jawab penuh atas nyawa dan keselamatan Dr. Al-Hams. Ini merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan, serta merupakan pelanggaran serius dan berat terhadap aturan paling dasar hukum humaniter internasional dan ketentuan Konvensi Jenewa, yang menyakiti tenaga medis saat menjalankan tugas kemanusiaan mereka.” katanya.
Dunia harus bersuara. Diam bukan lagi sikap netral, melainkan bentuk pembiaran. Ketika dokter pun dijadikan musuh, maka yang sedang diperangi bukan hanya tubuh, tapi juga nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.
Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.