Jakarta, (23/7) — Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza kian memburuk. Laporan dari badan PBB menyebutkan bahwa tingkat malnutrisi akut di Gaza meningkat dua kali lipat. Angka tersebut mencerminkan dampak dari blokade berkepanjangan dan terbatasnya akses bantuan kemanusiaan ke wilayah yang porak-poranda akibat konflik.
Sejak Oktober 2023, lebih dari dua juta warga Gaza hidup di bawah pengepungan total. Akses terhadap makanan, air bersih, serta layanan kesehatan terganggu. Rumah sakit kewalahan menerima anak-anak dengan kondisi gizi buruk akut. Banyak di antara mereka datang terlalu terlambat untuk diselamatkan.
Direktur Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat World Food Programme (WFP) Ross Smith mengatakan, penilaian WFP menunjukkan bahwa seperempat populasi menghadapi kondisi seperti kelaparan. Hampir 100.000 perempuan dan anak-anak menderita malnutrisi akut yang parah dan membutuhkan perawatan sesegera mungkin.
Menunjuk pada laporan, beliau mengatakan, ”People are dying from lack of humanitarian assistance every day, and we are seeing this escalate day by day,” tuturnya, dikutip pada laman resmi PBB, pada Rabu (23/7).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, hingga pertengahan Juli 2025, lebih dari 15 ribu anak mengalami wasting, yaitu kondisi kekurangan gizi berat yang menyebabkan tubuh menyusut secara drastis. Dari jumlah itu, ratusan telah meninggal, sebagian besar di wilayah utara Gaza yang nyaris tak menerima bantuan sejak awal tahun.
Populasi Gaza sekitar 2,1 juta jiwa dan sekitar 1,35 juta membutuhkan tempat berlindung dan perlengkapan rumah tangga. Namun, pasokan tempat berlindung belum diizinkan masuk selama lebih dari empat bulan. Krisis bahan bakar yang parah juga terus berlanjut, sementara para pekerja kemanusiaan terus memperingatkan bahwa jumlah terbatas yang diizinkan masuk dalam beberapa hari terakhir tidaklah mencukupi.
Krisis kemanusiaan ini harus menjadi perhatian penuh bagi seluruh negara di dunia. Gaza terhimpit oleh keadaan tanpa cukup makanan atau air bersih untuk bertahan hidup. Apa yang masuk ke Gaza bahkan tidak cukup untuk menopang kehidupan. Bantuan harus melewati rintangan yang hampir tak terlampaui menuju rumah-rumah.
Head of Office OCHA OPT (Palestine), Former Humanitarian Analysis Director MSF, Jonathan Whittall mengungkapkan pendapatnya mengenai krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza. Pendapat tersebut ia tulis di media X, pada 22 Juli 2025.
“This death and suffering is preventable. And if it’s preventable, but still happening, then that suggests to me that it’s intentional. The means of survival for an entire population has been dismantled and our ability to throw a life line has been obstructed.”
Miris!
Saat kita bisa makan tiga kali sehari, ribuan anak di Gaza bahkan belum menyentuh makanan selama dua hari terakhir. Tubuh mereka melemah, suara tangisnya perlahan hilang karena kelaparan.
Jangan tunggu besok untuk peduli. Mereka butuh kita sekarang juga. Klik di sini untuk bantu selamatkan mereka!