Rumah Bibit merupakan salah satu instrumen penting dalam ekosistem agribisnis. Bibit tanaman yang berkualitas akan menjadi kunci keberhasilan usaha di bidang pertanian. Kualitas tidak hanya ditentukan dari segi tampak luar (fenotipe), tetapi juga genotipe (genetik tanamannya). Dengan begitu rumah bibit dapat menjamin bibit berkualitas.
Instrumen program pemberdayaan tersebut telah dijalankan LAZ Al Azhar di berbagai desa binaan, salah satunya di Desa Gemilang Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Aktivitas penyemaian dan perawatan bibit dilakukan secara bergotong royong oleh anggota KSM Kotayasa Brilian Gemilang. Selain itu, pendampingan secara berkala juga diberikan oleh Da’i Sahabat Masyarakat (Dasamas).
Darso, salah satu anggota KSM Kotayasa Brilian Gemilang mengungkapkan bibit yang ditanam cukup bervariasi mulai dari cabai, tomat, terong, dan lainnya. Bibit tersebut nantinya dibagikan kepada anggota lain untuk membuat Dapur Hidup di pekarangan rumah masing-masing.
”Alhamdulillah di Rumah Bibit ini, kami bisa membagikan bibit unggul secara gratis untuk para anggota. Nantinya bisa memanfaatkan lahan kosong di rumah untuk Dapur Hidup, jadi warga bisa mengurangi biaya dapur untuk keluarga,” ujarnya, pada Kamis, 15 Agustus 2024.
Menurut Rowi, tim program LAZ Al Azhar mengatakan hadirnya instrumen Rumah Bibit memiliki program turunan yaitu Dapur Hidup dan Tabungan Gemah Ripah. Penyuluhan serta pelatihan pengelolaan, optimasi pembibitan, penanaman, panen dan pemasaran dari Dapur Hidup dilakukan dengan pendampingan Dasamas. Bahkan hingga pencatatan hasil dan monitoring evaluasi terus dibersamai.
Nantinya, hasil panen dari Dapur Hidup dapat diserahkan kembali ke KSM untuk dicatat dalam Tabungan Gemah Ripah. Dalam hal ini, penyortiran dan pengemasan akan dilakukan anggota KSM sebelum dijual. KSM Kotayasa Brilian sendiri dikelola oleh Kardo dan langsung dapat dipasarkan di lapak miliknya.
”Keuntungan dari penjualan hasil panen diberikan sebesar 70% untuk anggota dan 30 % untuk KSM. Hasil ini akan dimanfaatkan untuk biaya operasional KSM dan Saung Ilmu. Selain itu juga untuk pengadaan benih baru dan kegiatan sosial salah satunya dalam mendukung program kesehatan, pendidikan, dan keagamaan yang tengah berjalan di desa tersebut,” tambahnya.