Puisi yang Tak Sempat Ditulis: Kisah Shahad dari Sel Damoun

Puisi yang Tak Sempat Ditulis: Kisah Shahad dari Sel Damoun


Risdawati
15/07/2025
7 VIEWS
SHARE

Bagaimana mungkin sebuah militer yang mengaku menjunjung tinggi hak asasi manusia bisa menahan perempuan tanpa dakwaan, memperlakukan mereka secara tidak manusiawi, dan membiarkan mereka hidup dalam kondisi penjara yang kotor, tanpa makanan layak atau akses kesehatan? Klaim yang selama ini digaungkan hanya omongan belaka, karena realitanya mereka melakukan pelanggaran secara terang-terangan, tanpa rasa malu, tanpa rasa bersalah.

Salah satu wajah dari ribuan penderitaan itu adalah Shahad Majed Hassan seorang tahanan perempuan Palestina yang ditahan di penjara Damoun, di usia 23 tahun ia seharusnya sedang sibuk membangun masa depan seperti kuliah, bekerja, mungkin menulis puisi atau membaca buku favorit di sore hari. Tapi hidupnya berubah drastis sejak pasukan Israel datang ke rumahnya di Ramallah dan membawanya pergi tanpa surat pengadilan dan tanpa penjelasan.

Baca Juga: Populasi Gaza Menurun, Bukan karena Migrasi, Tapi Genosida

Penangkapan secara paksa itu menjadi serangkaian mimpi buruk yang masih terus berlangsung. Shahad diborgol terus menerus, dipindahkan dari satu penjara ke penjara lain, dihina, diteriaki, dan dijebloskan ke sel sempit. Belum lagi dengan anjing-anjing yang dilepaskan, granat kejut yang dilemparkan dan digeledah dalam keadaan telanjang. 

Beberapa waktu lalu Shahad menulis pesan dari dalam penjara Damoun, ia berpesan pada dunia, ayahnya serta sahabat-sahabatnya. Ia menceritakan kekejian yang dialaminya selama di penjara. Ia memang bukanlah satu-satunya, ada lima orang tahanan lain yang juga mengalami pelecehan secara fisik maupun verbal.  Ucapan-ucapan kotor dari salah satu petugas intelejen tak akan pernah bisa mereka lupakan.

 Kisah Shahad menggambarkan dengan jelas bagaimana penindasan terhadap perempuan Palestina di balik jeruji, tidak hanya menyakitkan secara fisik tapi juga mematahkan harapan. Kisah Shahad bukan sekadar cerita sebagai seorang tahanan, tapi cermin dari jeritan kemanusiaan yang sering kali terabaikan di balik tembok penjara. Sebagai manusia yang hak-haknya direnggut dalam diam, Shahad tetaplah seorang anak, seorang perempuan dan seorang manusia yang layak mendapatkan kebebasan bukan penindasan.


Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA