Dari Masalah ke Solusi: Petani Rajamandala Hadapi Tikus dengan Saung Ilmu

Dari Masalah ke Solusi: Petani Rajamandala Hadapi Tikus dengan Saung Ilmu


Eliyah
07/07/2025
36 VIEWS
SHARE

Bandung, (04/7) – Sebanyak 67 petani dari Kelompok Tani Harapan Jaya berkumpul dalam sebuah pertemuan penting di Saung Ilmu, Desa Rajamandala, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Bukan pertemuan biasa, hari itu mereka membahas ancaman serius yang telah membayangi sawah mereka selama tiga musim terakhir, hama tikus.

Namun, ada yang berbeda kali ini. Para petani tidak datang hanya untuk mengeluh. Mereka hadir dengan tekad, harapan, dan semangat mencari solusi. Difasilitasi oleh pendamping dari BPP dan POPT Rajapolah, serta tim dari LAZ Al Azhar melalui program Dasamas (Dai Sahabat Masyarakat), diskusi pun difokuskan pada strategi pengendalian hama tikus yang lebih efektif.

Dalam forum itu, tiga langkah strategis disepakati sebagai pendekatan utama:

1. Fogging tikus menggunakan belerang aktif yang menyasar langsung ke sarang-sarang tikus di lubang tanah.

2. Pengolahan lahan serentak, dimulai dari traktorisasi, pembuatan bedengan, hingga penanaman padi, untuk memutus siklus hama secara massal.

3. Sterilisasi lahan selama dua minggu pasca-pengolahan, sebagai masa pemantauan dan deteksi dini terhadap pergerakan tikus.

“Kalau masing-masing petani kerja sendiri-sendiri, sulit mengusir tikus. Tapi kalau dilakukan bersama, dampaknya besar,” ujar salah satu penyuluh lapangan dari POPT Rajapolah.

Bukan hanya solusi teknis yang disampaikan dalam forum. Ada semacam rasa bangkit dan percaya diri dari petani. Sebuah semangat baru yang bermula dari kehadiran Saung Ilmu, program pendampingan petani yang digagas LAZ Al Azhar bersama mitra, termasuk Deks Bank Indonesia.

Ade (50), petani sekaligus kader lokal, menyampaikan kesaksiannya penuh haru.

“Dulu kalau ada masalah pertanian bingung mau kemana. Sekarang ada tempat khusus untuk pelatihan, konsultasi, bahkan curhat. Dulu kami kumpul di rumah warga, sekarang ada Saung Ilmu,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ade menyoroti pentingnya program Rumah Pembiayaan Pertanian (RPP) yang menurutnya berhasil menjauhkan petani dari jeratan tengkulak dan rentenir.

“Sebelumnya kami pinjam uang ke rentenir atau bank konvensional. Bayar cicilan belum panen pun sudah diminta setor. Akhirnya banyak yang rugi. Sekarang dengan RPP, kami bisa akses modal tanpa tekanan.”

Pendampingan secara berkelanjutan dari Dasamas LAZ Al Azhar juga menjadi jembatan bagi para petani untuk mengenal lebih dekat aparat pertanian seperti PPL, BPP, dan POPT, yang sebelumnya terasa asing. Kelompok Tani Harapan Jaya juga berkomitmen mengadakan pertemuan rutin setiap Jumat di awal bulan, menjadikan Saung Ilmu sebagai pusat kolaborasi dan solusi.

Di akhir acara, suasana menjadi khidmat. Para petani menyampaikan harapan agar segala ikhtiar tersebut bisa membuahkan hasil, bukan hanya panen yang melimpah, tetapi juga keberlanjutan pertanian yang lebih mandiri.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA