Lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150 H, ialah Imam Asy-Syafi’i. Intelektualitas yang Allah Swt berikan membantunya menjadi salah satu mujtahid ternama yang berhasil mengguncangkan dunia Islam. Pemikiran-pemikiran dan kepintarannya mampu menghasilkan inovasi baru terutama di dunia Fiqih. Salah satu karya miliknya yang terkenal adalah Ar-Risalah dan Al-Umm. Beliau lah pelopor utama dalam bidang Ushul Fiqih.
Kehidupan Imam Syafi’i sungguh menjadi pembahasan yang sangat unik untuk diulik. Keteladanan beliau dalam mencari ilmu, adab terhadap guru, dan tauhidnya menjadi kisah inspiratif yang bisa dicontoh oleh para muslimin. Namun di sini kita akan memfokuskan pada perilaku dermawan yang beliau miliki.
Walaupun lahir dan hidup dalam kondisi ekonomi yang sederhana, tidak menjadi alasan bagi Imam Syafi’i untuk berhenti menebarkan sedekahnya kepada orang lain. Hal ini diceritakan dalam beberapa kisah yang diambil dalam sebuah buku berjudul ‘Empat Imam Mazhab’ oleh Muhammad Wildan Auliya.
1. Upah kepada anak kecil
Pada suatu hari didapati cambuk beliau terjatuh ke tanah. Saat itu juga terdapat anak kecil yang mengambilnya sambil membersihkan tanah dari cambuk tersebut menggunakan lengan bajunya, lalu ia memberikannya kepada Imam Syafi’i. Melihat perbuatan anak kecil tersebut Imam Syafi’i langsung memberikan upah kepadanya sebesar 7 dinar. Perbuatan ini beliau lakukan sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih, sungguh kedermawanan yang perlu dicontoh.
Baca juga: Masuk Surga Jalur Sedekah, Memang Bisa?
2. Membayarkan mahar muridnya
Rabi’ bin Sulaiman yang kala itu merupakan murid dari Imam Syafi’i mengatakan bahwa ia akan menikah, maka Imam Syafi’i bertanya “Berapa besar mahar yang engkau berikan kepada istrimu?”. Rabi’ oun menjawab, “Saya beri ia mahar sebesar 30 dinar, tetapi saya cicil 6 dinar terlebih dahulu.” Mendengar hal tersebut Imam Syafi’i langsung memberikan 24 dinar kepada muridnya untuk menambahkan sisa mahar yang belum dibayarkan tersebut.
3. Menyedekahkan 10.000 dinar secara cuma-cuma
Dikisahkan oleh Abdullah bin Zubair Humaidi yang mengatakan bahwa pada suatu hari Imam Syafi’i menunaikan ibadah haji dan membawa perbekalan sebesar 10.000 dinar. Setelahnya beliau mendirikan sebuah tenda di luar kota Makkah Mukarramah. Setelah selesai menunaikan salat Subuh, ia menuangkan seluruh uang tersebut di atas kain. Dari situlah setiap orang Makkah yang bertamu ke tendanya diberikan uang masing-masing segenggam.
Kisah ini memberikan kita pelajaran bahwa sedekah tidak perlu menunggu kaya terlebih dahulu. Sebesar apa pun sedekah yang kamu berikan baik dalam wujud materi, ilmu, dan kebaikan tidak akan menjadi beban jika memang diniatkan secara sungguh-sungguh layaknya Imam Syafi’i. Ayo, tebarkan kebaikan di mana pun kita berada!
Datang seorang sahabat yang bertanya kepada nabi Muhammad saw seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?” Lalu beliau menjawab, “Bersedekah selama kamu masih sehat, bakhil (suka harta), takut miskin, dan masih berkeinginan untuk kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda…” (HR. Bukhari & Muslim).
Yukkk! Zakat, Infak, dan Sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.