Di sudut desa, berdiri sebuah rumah sederhana. Tak ada yang menyangka bahwa pekarangan kecil di rumah Nurwati bisa menjadi sumber harapan. Tiga musim telah berlalu sejak beliau memutuskan untuk menanam caisim di halaman rumahnya. Bukan sekadar bercocok tanam. Ini adalah bentuk syukur yang ditanam dengan sabar, dipupuk dengan doa, dan dipanen dengan senyum.
Nurwati, tak hanya menanam sayur, ia juga menanam kebaikan. Hasil panen tak sekadar cukup untuk dapur sendiri. Lebih dari itu, ia menjual sebagian ke tetangga dan pedagang kecil di pasar. Sisanya? Ia sedekahkan, kepada siapa saja yang datang mengantar anak mengaji.
Apa yang tumbuh di halaman rumahnya ternyata juga menumbuhkan hal lain, yakni hubungan sosial yang lebih hangat, rasa kebersamaan yang lebih dekat, dan kebahagiaan yang tumbuh perlahan tapi pasti.
Pekarangannya pun kini tak hanya hijau oleh daun, tapi juga sejuk oleh cinta. Setiap helai caisim yang tumbuh, seolah membawa pesan: bahwa rezeki tak selalu datang dari tempat jauh. Kadang, ia tumbuh di bawah langkah kita sendiri.
Inilah yang diperjuangkan oleh Program Desa Gemilang LAZ Al Azhar. Bukan hanya tentang panen dan pendapatan, tapi tentang pemberdayaan, tentang menghidupkan kembali potensi yang selama ini terlupa, dan tentang mengubah keterbatasan menjadi kelebihan.
Semoga semakin banyak pekarangan yang disulap menjadi ladang berkah. Semoga semakin banyak Nurwati-Nurwati lainnya yang meyakini bahwa dari tanah yang sederhana, bisa tumbuh kehidupan yang mulia.