Musibah; Cobaan ataukah Azab dari Allah?

Musibah; Cobaan ataukah Azab dari Allah?


Eliyah
16/01/2024

Dalam kehidupan, ujian dan cobaan dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan manusia. Manusia akan diuji dengan segala sesuatu, baik dengan hal-hal yang disenanginya maupun dengan berbagai perkara yang dibenci dan tidak disukainya. Hingga pada akhirnya kita kerap berpikir jika satu masalah selesai, setelah ini apalagi. Sejatinya musibah akan terus ada selama kita hidup, karena bagaimanapun juga dunia ini adalah tempat cobaan dan ujian.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali untuk dihisab).” (Q.S Al-Baqarah: 155-156).

            Sebagai umat Islam keyakinan bahwa musibah tidak akan terjadi kecuali atas izin Allah merupakan bagian penting dari keimanan. Musibah sebagai ketentuan dan takdir Allah, menegaskan bahwa apa yang terjadi di alam semesta atas kehendak-Nya dan tidak ada seorangpun dapat menolak dan mencegah datangnya musibah.

Baca juga: Kenapa Allah Memberikan Ujian Ini?

Allah menguji hamba-Nya untuk mengetahui respons kita terhadap apa yang Allah berikan, apakah akan memahami segala cobaan yang dirasakan sebagai sarana latihan bersyukur, penghapus dari dosa, serta membuatnya lebih dekat dan lebih tawakal kepada Allah? Atau justru malah menjauh dan kufur.

            Kemudian, bagaimana cara kita tahu bahwa musibah yang datang merupakan sebuah ujian atau azab dari Allah. Jawabannya, tergantung kita menyikapinya bagaimana. Jika kita tidak terima dengan musibah yang merupakan takdir dan perbuatan Allah maka hal itu adalah azab. Sementara, jika musibah membuat kita semakin dekat kepada Allah maka hal tersebut dapat menaikan derajat dan kemuliaan kita sebagai seorang hamba di hadapan Allah juga sebagai bentuk kecintaan Allah terhadap hamba-Nya.

            Jadi, setiap musibah yang kita terima bisa jadi merupakan azab, penebus dosa atau ujian untuk mengangkat derajat tergantung bagaimana sikap kita menghadapinya. Adapun jika kita merasa bahwa ujian sebagai hukuman dari Allah, kita harus berhusnuzon berprasangka baik kepada-Nya bahwa musibah yang kita terima adalah bentuk cinta-Nya kepada hamba-Nya disertai dengan sikap rida dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya).

 

BACA JUGA