Cinanggela, (06/7) – Musim panen kali ini tak sepenuhnya membawa sukacita bagi anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Cinanggela Gemilang. Di tengah ikhtiar dan kerja keras petani, kenyataan di sawah berkata lain; hasil panen menurun drastis akibat serangan hama tikus dan pola tanam yang tak serempak.
Panen padi yang berlangsung di kawasan anggota KSM diwarnai kegelisahan. Harapan petani untuk mendapatkan hasil maksimal pupus karena kerusakan lahan oleh tikus yang sulit dikendalikan. Data panen sontak melorot tajam, petani yang biasanya memanen sekitar 1.960kg Gabah Kering Panen (GKP) dari lahan seluas 2.800 M², kini hanya mampu memperoleh 840kg GKP. Itu berarti terjadi penurunan hingga 57 % dari hasil normal. Rata-rata kerugian mencapai 0,4 kilogram per meter persegi.
Meski hasil menurun, semangat tak surut. Sebanyak 25 anggota KSM yang telah mengakses program Rumah Pembiayaan Pertanian (RPP) tetap bisa memanen dan mencicil pengembalian gabah ke lumbung komunitas.
Menariknya, di tengah tantangan ini, sistem sosial yang dibangun oleh KSM dan Saung Ilmu justru memperlihatkan kekuatannya. Gabah yang dikembalikan ke lumbung memang belum sepenuhnya lunas, namun kesepakatan bersama memungkinkan pelunasan dilakukan di musim berikutnya. Sebagian hasil panen juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan persiapan olah lahan selanjutnya.
Tak hanya itu, para petani juga menyisihkan sebagian kecil hasil panen untuk tabungan sukarela. Dana ini dikelola sebagai bentuk manajemen risiko, agar ketika panen tak sesuai harapan, tetap ada cadangan untuk bertahan. Dasamas LAZ Al Azhar terus mendorong petani untuk menanam serempak di musim mendatang dan memperkuat sistem pengendalian hama secara terpadu; edukasi, koordinasi, dan kebersamaan menjadi kunci.
Meskipun hasil panen belum memenuhi harapan, kehadiran RPP dan Saung Ilmu menjadi bukti bahwa petani tidak lagi berjalan sendiri. Dalam ketidaksempurnaan hasil, tumbuh kekuatan baru , solidaritas, kepercayaan, dan harapan akan pertanian yang lebih adil dan berkelanjutan.