Dari Ladang Lama ke Jalan Baru: Perjalanan Enceng menjadi Petani Organik
Eliyah
15/09/2025
15
VIEWS
0
SHARE
Di sudut sawah Priangan, hiduplah seorang lelaki paruh baya bernama Enceng Husin Efendi (54). Hari-harinya akrab dengan bau lumpur, terik matahari, dan harapan yang tumbuh bersama setiap bulir padi.
Lebih dari separuh hidupnya, ia menjelma jadi satu dari sekian banyak pejuang pangan di negeri ini. Sehari-harinya ia bertani; menanam, merawat, memanen, dan mengulang aktivitas serupa.
Waktu itu, ia masih berjalan dengan cara-cara lama, yaitu menjadi seorang petani konvensional. Sebuah sistem bertani yang fokus mengejar hasil, tetapi kadang lupa pada tanah yang ditinggalkan penuh oleh pupuk kimia, pestisida, dan segala bentuk “jalan cepat” jadi andalan. Ia tak pernah luput dari hal tersebut. Tidak salah, hanya belum tahu lebih baik. Sampai akhirnya, sebuah pertemuan kecil mengubah arah.
“Sebelum ada Saung Ilmu, saya bertani secara konvensional. Kadang pakai pupuk organik juga sih, seperti kotoran kambing, tapi tetap dominan kimia,” kisahnya, pelan namun jujur.
Di tahun-tahun belakangan, hadir sebuah program yang menyapa para petani di sana. Program yang ada di Saung Ilmu, sebuah kerja sama antara LAZ Al Azhar, Bank Indonesia KPw Tasikmalaya, dan Lumbung Bumi Nusantara. Bukan sekadar bangunan, di Saung Ilmu lah benih pengetahuan ditanam. Tentang tanah, tentang padi, tentang bagaimana manusia bisa bersahabat dengan alam, bukan menguasainya.
“Alhamdulillah, sejak ikut pelatihan dari Saung Ilmu, saya jadi tahu cara bertani yang ramah lingkungan. Kami diajari dari awal sampai akhir, dari hulu ke hilir,” ujarnya.
Perlahan tapi pasti, langkah Enceng pun bergeser dari konvensional ke organik. Apa itu petani organik? Bukan sekadar tidak memakai bahan kimia, tetapi soal merawat tanah seperti merawat hidup sendiri; tidak mengeksploitasi, tetapi menjaga agar bisa diwariskan.
Kini, sawah Enceng tidak hanya menumbuhkan padi, tetapi juga harapan. Harapan bahwa pertanian bisa menjadi jalan hidup yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Bahwa menjadi petani juga tidak harus mengorbankan alam. Enceng bukan sekadar pejuang pangan, tetapi juga penjaga bumi.
Perasaan kamu tentang artikel ini?