Membangun Masa Depan dari Reruntuhan

Membangun Masa Depan dari Reruntuhan


Risdawati
15/10/2025
33 VIEWS
SHARE

Di antara puing-puing bangunan yang runtuh, debu yang belum sepenuhnya sirna, dan suara pilu yang masih menggema, harapan perlahan bangkit kembali. Gaza bukan sekadar wilayah yang porak-poranda, ia adalah tanah kehidupan, tempat impian dan masa depan pernah tumbuh dan akan tumbuh lagi. Setiap batu yang disusun ulang bukan sekadar pondasi bangunan, melainkan pondasi kehidupan. Membangun Gaza berarti membangun kembali keyakinan bahwa dari kehancuran, peradaban baru dapat lahir.

Berkali-kali, konflik meninggalkan luka mendalam bagi Gaza. Rumah hancur, rumah sakit porak-poranda, sekolah tak lagi berdiri. Anak-anak kehilangan tempat belajar, keluarga kehilangan rumah, dan banyak warga terpaksa hidup dalam pengungsian. Luka ini tidak hanya menghancurkan fisik kota, tetapi juga meninggalkan trauma psikologis yang dalam. Rasa kehilangan dan ketidakpastian masa depan membayangi setiap langkah mereka.

Namun, di tengah keterpurukan itu, semangat masyarakat Gaza tidak pernah padam. Mereka saling menopang dan bergotong royong, berbagi apa pun yang tersisa. Laki-laki, perempuan, anak muda, dan para relawan lokal menjadi tulang punggung kehidupan sehari-hari. Didirikannya tenda belajar darurat, dapur umum, dan komunitas kecil tumbuh di sela reruntuhan, menjaga api harapan tetap menyala. Dari Gaza, dunia belajar bahwa ketangguhan bukan berarti tidak pernah jatuh, melainkan kemampuan untuk bangkit setiap kali kehidupan mencoba meruntuhkan.

Kehancuran di Gaza bukan semata masalah satu wilayah. Dunia internasional memikul tanggung jawab besar dalam proses pemulihan ini. Rencana rekonstruksi dan rehabilitasi Gaza telah dibahas dan disetujui oleh Liga Arab serta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Pembahasan ini bahkan kembali mengemuka dalam pertemuan KTT saat penandatanganan perjanjian perdamaian dan penghentian perang di Gaza yang berlangsung di Sharm el Sheikh, Mesir. Hal ini menjadi bentuk pengakuan global bahwa pemulihan Gaza adalah bagian dari tanggung jawab bersama.

Dari berbagai penjuru dunia Eropa, Kanada, Amerika Serikat, hingga negara-negara Arab mengalir dukungan besar. Sekitar 70 miliar dolar AS atau setara dengan Rp1.160 triliun dikumpulkan sebagai wujud komitmen global untuk membangun kembali kehidupan di Gaza. Bantuan ini akan difokuskan untuk membangun kembali infrastruktur vital seperti perumahan, sekolah, rumah sakit, jaringan air, dan listrik. Sebagian dana juga akan digunakan untuk membersihkan puing-puing reruntuhan, memperbaiki sistem sanitasi, serta memulihkan layanan publik yang hancur akibat serangan udara.

Upaya ini bukan sekadar tanggap darurat, melainkan bagian dari rencana jangka panjang agar Gaza dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan di masa depan. Dalam pernyataannya, PBB menegaskan bahwa rekonstruksi Gaza tidak hanya bertujuan memperbaiki infrastruktur yang rusak, tetapi juga menata ulang wilayah dengan prinsip modern, tangguh, dan ramah lingkungan.

Rancangan pembangunan Gaza ke depan mencakup penerapan energi surya, pengelolaan air bersih, serta pembangunan sistem perumahan tahan bencana. Menurut Perwakilan Program Pembangunan PBB (UNDP), Jaco Cilliers, “Kami tidak ingin Gaza hanya bangkit dari puing, tetapi menjadi tempat yang tangguh dan layak huni.”  Pernyataan ini menggambarkan visi besar: membangun Gaza bukan sekadar membangun kota, tetapi membangun kehidupan dan masa depan.

Gaza adalah saksi bahwa kehancuran tidak selalu berarti akhir. Dari tanah yang porak-poranda, kehidupan bisa tumbuh kembali. Dari reruntuhan, harapan dapat menyala. Dan dari luka, dunia belajar untuk lebih peduli. Membangun Gaza bukan hanya tentang membangun infrastruktur, tetapi juga membangun kemanusiaan.

Setiap batu yang ditegakkan di Gaza adalah simbol perlawanan terhadap keputusasaan. Setiap sekolah yang dibangun kembali adalah janji untuk masa depan anak-anaknya. Dan setiap bantuan dari negara-negara di seluruh dunia adalah bukti bahwa kemanusiaan masih hidup. Gaza bukan sekadar bangkit dari puing, tetapi melangkah menuju masa depan yang lebih adil, kuat, dan damai.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA