Ketika Guru Harus Kuat: Kisah Lelah yang Tak Pernah Terucap

Ketika Guru Harus Kuat: Kisah Lelah yang Tak Pernah Terucap


Risdawati
25/11/2025
24 VIEWS
SHARE

Di balik wajah ceria dan semangat membara yang terpancar dari seorang guru, tersimpan rasa pahit yang begitu pelik. Setiap hari mereka berdiri di depan kelas dengan energi yang seolah tak pernah habis, padahal di balik itu semua ada beban administrasi yang semakin menumpuk, tuntutan kinerja yang kian tinggi, hingga realitas pelajar yang perlahan kehilangan etika dan rasa hormat. Belum lagi masalah klasik yang entah kapan akan benar-benar teratasi: kesejahteraan guru yang masih jauh dari kata layak.

Semua itu sering luput dari perhatian. Kita melihat guru sebagai pilar pendidikan, tetapi jarang menyadari harga emosional yang harus mereka bayar. Guru bukan hanya menyampaikan materi, melainkan membangun hubungan, menjadi pendengar, penengah konflik, sekaligus figur yang memberi rasa aman bagi murid. Tekanan untuk selalu kuat, selalu sabar, dan selalu mengerti, sering kali membuat mereka kelelahan secara mental tanpa ada ruang yang benar-benar aman untuk mengeluh.

Beban itu semakin berat ketika guru harus memendam masalah pribadi demi tetap tersenyum di depan murid. Ada guru yang mengajar sambil menahan sakit. Ada yang tengah berada dalam kesulitan ekonomi. Ada pula yang diam-diam berjuang melawan kecemasan atau burnout, tetapi tetap melangkah masuk ke kelas karena tahu ada puluhan pasang mata yang berharap pada mereka. Terutama bagi guru honorer atau guru di daerah terpencil, perjuangan itu sering kali dua kali lebih berat.

Di tengah berbagai tantangan, banyak guru tetap belajar sepanjang hidup, mengikuti pelatihan, menyesuaikan kurikulum baru, dan memahami karakter generasi yang terus berubah. Mereka terus berusaha menjadi lebih baik, meski jarang ada yang benar-benar melihat proses berat di balik usaha itu.

Pada Hari Guru, pujian memang mengalir dan ucapan terima kasih bertebaran. Namun yang paling dibutuhkan sebenarnya bukan hanya apresiasi sesaat, melainkan kepedulian yang nyata. Guru pun manusia; mereka butuh didengar, dihargai, dan didukung, bukan hanya ketika Hari Guru tiba, tetapi setiap hari ketika mereka berjuang membangun masa depan kita.

Betapa pentingnya kehadiran seorang guru. Tanpa mereka, tidak ada satu pun ilmu yang sampai kepada kita. Pada akhirnya, di balik kesuksesan, selalu ada guru yang membentuknya. Kontribusi mereka tidak hanya menyentuh individu, tetapi juga menentukan arah kemajuan bangsa. Karena itu, sudah saatnya kita benar-benar melihat guru: bukan hanya sebagai pengajar, tetapi sebagai pejuang yang layak mendapatkan dukungan emosional, penghargaan, dan kesejahteraan yang sepadan.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA