Pelukan yang Jarang Terlihat: Cara Ayah Menyampaikan Kasih Sayang

Pelukan yang Jarang Terlihat: Cara Ayah Menyampaikan Kasih Sayang


Risdawati
12/11/2025
33 VIEWS
SHARE

Tidak semua kasih sayang datang dalam bentuk pelukan hangat atau kata “aku sayang kamu.” Kadang, cinta seorang ayah hadir dalam bentuk yang lebih diam seperti sepiring makan malam yang sudah tersedia, motor yang sudah siap dipakai, atau lampu teras yang selalu menyala menunggu kita pulang. Ia tidak selalu tahu cara mengekspresikan kasihnya dengan kata, tapi setiap tindakannya adalah bahasa cinta yang hanya bisa dibaca oleh hati.

Ayah mungkin jarang memeluk, tapi dalam diamnya, ada pelukan yang jauh lebih dalam, pelukan yang menjaga, melindungi, dan mendoakan tanpa henti. Ia hadir sebagai pilar utama dalam keluarga, keberadaannya memberikan kekuatan bagi istri dan anak-anaknya, dan tanpa kehadirannya, rumah tak lagi terasa utuh seperti sebelumnya.

Tantangan Ayah di Zaman Modern

Namun kini, banyak anak yang tumbuh tanpa kehadiran sosok itu. Fenomena fatherless atau ketiadaan figur ayah, baik secara fisik maupun emosional, mencerminkan betapa rapuhnya peran ayah dalam keluarga modern. Banyak ayah hadir secara jasmani, tapi hilang secara batin karena sibuk dengan pekerjaan dan tanggung jawab, hingga kehilangan arah untuk mengekspresikan rasa cinta. 

Akibatnya, anak-anak bisa mengalami kekosongan emosional: mudah cemas, sulit mengendalikan emosi, depresi, kurang percaya diri, bahkan berisiko mengalami penyimpangan. 

Peran Nyata Ayah dalam Kehidupan Anak

Peran ayah tidak berhenti pada tanggung jawab mencari nafkah. Ia adalah teladan pertama tentang tanggung jawab, keberanian, dan kasih yang tegas namun lembut. Cinta ayah juga bisa hadir dalam hal-hal kecil seperti:

1. Menemani anak mengerjakan PR meski lelah setelah seharian bekerja

2. Mendengarkan saat anak menghadapi masalah tanpa terburu-buru

3. Meluangkan waktu bermain meski jadwal padat

4. Memberikan nasehat dengan sabar tanpa harus berkata “aku sayang kamu”. 

Tindakan sederhana ini membangun rasa aman, kepercayaan, dan ketahanan emosional anak, yang tak tergantikan oleh kata-kata semata.

Jika dapat digambarkan, ibu adalah jantung yang membuat keluarga tetap berdetak dengan kasih dan kelembutan, maka ayah adalah napas yang membuat keluarga bertahan dengan keteguhan dan perlindungan. Kedua peran ini berbeda cara, namun saling melengkapi membuat rumah tetap hidup, hangat, dan penuh cinta.

Di tengah perubahan zaman, dunia membutuhkan lebih banyak ayah yang hadir sepenuh hati, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional. Dari perhatian dan cinta yang diam itulah lahir generasi yang kuat, empatik, dan percaya diri.

Di Hari Ayah ini, mari kita hargai setiap perhatian yang tak terlihat, setiap kesabaran dan cinta diamnya. Semoga kita semua dapat belajar menghargai sosok ayah dan meneladani kasih yang tak selalu terucap, namun selalu terasa.

Selamat Hari Ayah!

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA