Perbuatan Manusia Tidak Mengurangi Kesucian dan Keagungan Allah Swt

Perbuatan Manusia Tidak Mengurangi Kesucian dan Keagungan Allah Swt


Risdawati
29/10/2025
13 VIEWS
SHARE

Setiap manusia pasti pernah berbuat baik maupun buruk. Ketaatan dan kemaksiatan adalah dua hal yang selalu berjalan beriringan dalam kehidupan, menjadi bagian dari ujian perjalanan manusia di dunia.

Bagi umat Islam, kewajiban untuk menaati perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya adalah hal mutlak. Suka atau tidak, setiap hamba tetap harus tunduk pada ketentuan-Nya. Dalam ketaatan tersimpan ganjaran besar yang telah Allah siapkan, baik di dunia maupun di akhirat.

Sebaliknya, bagi mereka yang memilih jalan kemaksiatan, Allah Swt juga telah menyiapkan balasan sesuai dengan amal perbuatannya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Lantas, bagaimana seharusnya kita memahami ketaatan dan kemaksiatan manusia di sisi Allah Swt?

Dalam Kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa ketaatan seorang hamba tidak memberi manfaat apa pun bagi Allah Swt. Sebab, Allah adalah Zat Maha Kaya yang tidak memerlukan alam semesta, apalagi amal ibadah manusia.

Ibnu Athaillah berkata: “Laa tanfa’uhu thaa’atuka wa laa tadhurruhu ma’shiyatika, wa innama amaraka bihadza wa nahaaka an hadza limaa ya’udu ilaika. Laa yazidu fii izzihi iqbaalun man aqbala alaihi wa laa yunqishu min qadarihi idbaarun man adbara anhu,”.

Artinya: “Ketaatan yang engkau lakukan tidaklah bermanfaat untuk-Nya. Dan kemaksiatan yang engkau kerjakan tidaklah mendatangkan bahaya kepada-Nya.”

Dengan demikian, setiap perintah dan larangan Allah sejatinya ditujukan untuk kebaikan manusia, bukan untuk kepentingan-Nya. Ketaatan atau pembangkangan sama sekali tidak memengaruhi kesempurnaan dan kemuliaan-Nya.

Maka, setiap ketaatan yang kita lakukan sejatinya adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dengan menaati perintah-Nya, kita sedang membersihkan hati, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sementara menjauhi kemaksiatan bukanlah demi menjaga kemuliaan Allah, tetapi demi menyelamatkan diri kita sendiri dari kerugian dunia dan akhirat.

Pemikiran Ibnu Athaillah ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa setiap amal manusia kembali kepada dirinya sendiri. Salah satunya terdapat dalam surah Al-Fussilat ayat 46.

 “Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Fussilat: 46).

Oleh karena itu, kita dapat merenungkan bahwa kemuliaan dan kesucian Allah Swt tidak akan pernah berkurang oleh kemaksiatan manusia, begitu pula tidak akan bertambah karena ketaatan mereka. Allah tetap Maha Agung, Maha Suci, dan Maha Sempurna dalam segala hal. Justru manusialah yang memperoleh manfaat dari ketaatan dan menanggung akibat dari kemaksiatan.

Karenanya, marilah kita senantiasa memperbanyak ketaatan sebagai bentuk rasa syukur atas kasih sayang dan petunjuk-Nya. Sebab, dengan menaati Allah Swt, sejatinya kita sedang menyiapkan kebahagiaan bagi diri sendiri, di dunia dan di akhirat.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA