Di banyak sudut negeri, kisah perjuangan hidup sering dimulai dari keringat dan kerja keras yang tak terlihat. Dari tangan-tangan yang menimba harapan di ladang, hingga mereka yang bergulat dengan nasib di proyek bangunan demi sesuap nasi. Tapi di antara lelah itu, selalu ada yang memilih bangkit bukan karena sudah cukup mampu, tapi karena percaya bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil.
Di sebuah desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, ada secercah cahaya perubahan yang lahir dari tekad dan ketulusan. Kelompok Swadaya Masyarakat – Kelompok Usaha Bersama (KSM–KUB) Jaya Amanah, sebuah kelembagaan lokal masyarakat yang berdiri kokoh sejak dibina oleh LAZ Al Azhar pada 2013, terus istiqomah membersamai para petani menuju keberdayaan dan kemandirian. Meski kini telah mandiri, semangat pengabdian dan pendampingannya tak pernah padam.
KSM – KUB Jaya Amanah kini menaungi 225 penerima manfaat (PM) di berbagai sektor, mulai dari pertanian, peternakan, hingga UMKM. Di antara para penerima manfaat itu, ada satu nama yang menjadi saksi hidup bagaimana keberkahan lahir dari kerja keras dan bimbingan yang tulus: Ayi Syaripuddin (43), seorang petani dari Desa Pangauban.
Sebelum bergabung dengan KSM–KUB Jaya Amanah, kehidupan Ayi jauh dari dunia pertanian. Demi menafkahi keluarga, ia bekerja sebagai kuli bangunan dan buruh jahit pakaian di Kabupaten Bandung. Namun darah petani yang mengalir dari sang ayah tak bisa ia pungkiri. Ketika usia ayahnya menua dan akhirnya berpulang, Ayi memutuskan kembali ke kampung halaman, melanjutkan ladang dan cita-cita sang ayah.
Berbekal pengalaman seadanya dan semangat untuk mandiri, pada akhir tahun 2020, Ayi bergabung dengan KSM–KUB Jaya Amanah. Tujuannya sederhana, yaitu meminjam modal usaha untuk mengembangkan lahan pertaniannya. Namun yang ia temukan jauh lebih berharga daripada sekadar pinjaman uang.
Menemukan Makna Syariah dalam Pertanian
Di KSM–KUB Jaya Amanah, Ayi tidak hanya mendapatkan modal, tetapi juga pendampingan berbasis syariah. Melalui akad Bae Salam untuk pertanian padi dan Bae Murabahah untuk hortikultura, ia belajar bagaimana menjalankan usaha dengan prinsip Islam. Setelah melalui survei dan asesmen, posisinya dinilai berada di zona “kuning menuju hijau” artinya, kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi, dan ia siap didampingi untuk tumbuh dalam usaha dan spiritualitas.
Hasilnya nyata. Sebelum bergabung, omzet Ayi hanya Rp3 jt per bulan. Setelah bergabung, omzetnya meningkat menjadi Rp5 jt per bulan. Peningkatan ini bukan semata karena tambahan modal, tetapi karena perubahan pola pikir dan disiplin dalam mengikuti aturan kelompok, seperti menabung secara rutin dalam tabungan kelompok, mengikuti pengajian dan pelatihan rutin, dan menaati tata kelola kelompok hingga mampu berinvestasi mandiri.
Kini, Ayi bukan hanya petani yang mandiri, tetapi juga seorang munfiq (pemberi) yang perlahan menuju derajat muzakki. Itulah buah dari kerja keras dan keberkahan yang ia tanam selama ini.
“Terima kasih kepada LAZ Al Azhar, mitra CIMB Niaga Syariah, dan para pendamping yang tak bosan membimbing saya sejak 2020. Awalnya saya datang hanya untuk meminjam modal seperti ke koperasi dulu. Tapi yang saya dapatkan jauh lebih banyak,” tutur Ayi.
Kisah Ayi Syaripuddin hanyalah satu dari ratusan kisah perubahan yang lahir dari pendampingan KSM–KUB Jaya Amanah. Dari tangan-tangan yang bekerja di sawah hingga doa yang terucap di langit desa, mereka bersama-sama membuktikan bahwa kemandirian, keberkahan, dan kesejahteraan bisa tumbuh seiring dengan keimanan dan keistiqomahan.