Hari Kesehatan Mental Sedunia

Hari Kesehatan Mental Sedunia


Risdawati
10/10/2025
22 VIEWS
SHARE

Di tengah kondisi ketidakstabilan global yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan mental masyarakat, dibutuhkan upaya kolektif untuk menjaga kesejahteraan psikologis secara berkelanjutan. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2021, sekitar 14 persen populasi dunia atau lebih dari satu miliar orang, hidup dengan ganguan mental.

Setiap tanggal 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia. Peringatan ini menjadi momentum penting yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global terhadap isu-isu kesehatan mental dan mengerahkan berbagai upaya untuk mendukung kesehatan mental di dunia.

Jika dilihat dari sisi sejarah, peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1992 dan diinisiasi oleh World Federation for Mental Health (WFMH). Gagasan ini dicetuskan oleh Richard Hunter, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal (WFMH). Penetapan Hari Kesehatan Mental Sedunia dilatarbelakangi oleh masih kurangnya penanganan terhadap isu kesehatan mental, ditambah dengan rendahnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya kesehatan mental, yang pada akhirnya menyebabkan buruknya penanganan secara menyeluruh.

Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun ini mengangkat tema “Mental Health in Humanitarian Emergencies” yang menyoroti pentingnya kesehatan mental di tengah bencana, konflik, dan situasi darurat. Sebab, masyarakat sering lupa bahwa luka yang paling dalam tak selalu terlihat oleh mata.

Di Indonesia, tantangan kesehatan mental masih dihadapkan pada stigma sosial, keterbatasan akses layanan, dan minimnya edukasi publik. Survei Kesehatan Indonesia 2023 mencatat bahwa prevalensi depresi tertinggi terjadi pada kelompok usia 15–24 tahun, yakni sebesar 2 persen. Dari kelompok ini, 61 persen memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup, namun hanya 10,4 persen yang mencari pengobatan. Menunjukkan masih rendahnya kesadaran dan akses terhadap layanan kesehatan mental di kalangan remaja dan dewasa muda. 

Oleh karena itu, edukasi sejak dini, pelatihan tenaga profesional, serta penyediaan layanan kesehatan mental yang terjangkau harus menjadi prioritas bersama. Sebab, tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental, sudah saatnya kita memprioritaskan yang selama ini sering diabaikan.

Hari Kesehatan Mental Sedunia bukan sekadar peringatan tahunan, melainkan panggilan untuk bertindak. Kesadaran, kepedulian, dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat secara mental. Momentum ini seharusnya mendorong kita semua termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, pendidik, hingga individu untuk tidak lagi mengabaikan isu yang selama ini terpinggirkan. Karena kesehatan mental adalah hak setiap orang, dan dunia yang sehat dimulai dari pikiran yang sehat.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA