Persahabatan bukan hanya tentang siapa yang menemani kita saat senang dan sedih, tetapi juga siapa yang membawa kita semakin dekat kepada kebaikan. Dalam Islam, memilih teman bukan perkara sepele. Teman adalah cerminan diri, bahkan bisa menjadi penentu arah hidup seseorang. Itulah mengapa Rasulullah saw mengibaratkan teman yang baik seperti penjual minyak wangi meski tak membeli, kita tetap mendapat harumannya. Maka, menjalin persahabatan dengan orang saleh bukan hanya menguatkan hubungan antarmanusia, melainkan juga menjadi jalan menuju keberkahan dan keselamatan dunia akhirat.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, Rasulullah saw bersabda:
“Seseorang akan berada di atas agama temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang ia jadikan teman.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Ighatsatul Lahfan menjelaskan, menjalin persahabatan dengan orang saleh dapat mengubah kita dalam enam perkara besar, yaitu:
1. Mengubah Ragu Jadi Yakin
Keraguan dalam iman dan amal adalah penyakit hati yang melemahkan. Persahabatan dengan orang saleh dapat menguatkan keyakinan melalui teladan nyata dari semangat ibadah mereka, kesabaran saat diuji, hingga keteguhan mereka menjalankan sunah. Kehadiran mereka seperti pelita yang menerangi hati yang goyah.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Sesungguhnya hati itu akan hidup dan mati, maka hidupkanlah ia dengan menghadiri majelis zikir.”
2. Mengubah Riya Jadi Ikhlas
Riya beramal demi dilihat manusia adalah racun dalam ibadah. Namun, teman saleh mengajarkan kita makna amal yang tersembunyi, doa yang diam-diam, dan tangis dalam sujud tanpa sorotan. Mereka menginspirasi kita untuk mengutamakan pandangan Allah, bukan pujian manusia.
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya, beramal karena manusia adalah syirik, sedangkan ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya.”
3. Mengubah Lalai Jadi Zikir
Kesibukan dunia sering kali melalaikan hati dari mengingat Allah. Bersama orang saleh, kita terdorong untuk memperbanyak zikir dan ibadah, karena kebaikan itu menular. Lingkungan yang baik menjaga hati tetap terhubung dengan akhirat.
Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Sahabat-sahabatku lebih aku cintai daripada keluargaku sendiri, karena sahabatku mengingatkanku kepada akhirat, sedangkan keluargaku lebih sering mengingatkanku kepada dunia.”
4. Mengubah Cinta Dunia Jadi Cinta Akhirat
Teman saleh akan mengingatkan kita bahwa dunia hanya sementara. Obrolan mereka tentang kematian, hisab, dan amal membuat hati sadar bahwa hidup adalah persiapan menuju kehidupan yang kekal.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Hati yang cinta dunia tidak akan pernah merasakan manisnya ibadah.”
5. Mengubah Sombong Jadi Tawadhu
Sikap angkuh tumbuh dari merasa lebih baik dari orang lain. Namun, orang saleh mengajarkan kita rendah hati melalui sikap dan akhlaknya. Mereka berilmu, tapi tidak merasa paling tahu. Mereka beramal, tapi tidak merasa paling suci. Bersama mereka, kita belajar bahwa kemuliaan sejati ada dalam kerendahan hati.
6. Mengubah Niat Jahat Jadi Niat Menasehati
Dalam hati yang penuh amarah atau kecewa, niat buruk sering muncul. Tapi teman yang saleh akan mengingatkan kita untuk mengganti amarah dengan nasihat, dan celaan dengan doa. Mereka mengajarkan bahwa memperbaiki lebih mulia daripada membalas. Mereka mengajak kita meredam ego dan menumbuhkan empati.
Bersahabat dengan orang saleh bukan hanya soal kenyamanan hati, tapi juga keselamatan jiwa. Mereka adalah cermin kebaikan yang membantu kita terus memperbaiki diri, menuntun langkah menuju Allah, dan mengingatkan bahwa hidup bukan hanya tentang hari ini, tetapi juga tentang kehidupan yang kekal. Karena sejatinya, sahabat yang terbaik adalah yang menuntun kita menuju surga.