Ketika Perpisahan Mengajarkan Cinta yang Lebih Dalam

Ketika Perpisahan Mengajarkan Cinta yang Lebih Dalam


Risdawati
08/10/2025
16 VIEWS
SHARE

Perceraian kerap dianggap menyakitkan, tidak hanya bagi suami istri, tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitar. Namun dalam Islam, perceraian adalah jalan terakhir ketika pernikahan tidak bisa dipertahankan. Allah Swt berfirman dalam surah An-Nisa ayat 130:

“Jika keduanya bercerai, Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari keluasan (karunia)-Nya. Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 130).

Meski perceraian adalah perbuatan halal yang paling dibenci Allah, Islam tidak melarangnya. Ini menunjukkan betapa bijaksananya Islam dalam memahami dinamika kehidupan manusia. Bahkan Allah menjamin bahwa keduanya, suami maupun istri akan tetap mendapatkan rezeki dan pertolongan-Nya setelah berpisah.

Perceraian juga merupakan ujian besar bagi kedua belah pihak. Dalam Islam, meski hak talak di tangan suami, keputusan itu tidak boleh diambil saat marah atau emosi memuncak. Talak harus dijatuhkan dengan pertimbangan matang dan kesadaran penuh, bukan karena luapan sesaat. Di sinilah letak ujian hati: mampu menahan diri, berlaku adil, dan tetap menjaga adab meski dalam kekecewaan.

Rasulullah saw bersabda: 

“Tidak ada musibah yang menimpa seorang Muslim kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya karena musibah itu, bahkan duri yang mengenainya.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Ini mengingatkan kita bahwa ujian dalam hidup, termasuk perceraian, sesungguhnya merupakan sarana penghapus dosa dan jalan menuju kedewasaan spiritual.

Terkadang bukan perpisahan yang paling menyakitkan, melainkan ekspektasi yang tidak terpenuhi dan rasa kehilangan harapan. Namun, yang tampak sebagai akhir bisa menjadi awal baru menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam perjalanan pasca-perpisahan, tak sedikit orang yang justru menemukan versi terbaik dari dirinya. Momen ini bisa menjadi ruang untuk lebih mendekat kepada Allah Swt serta belajar tentang kesabaran, keteguhan hati, dan keikhlasan yang sebenarnya. Jika dijalani dengan sikap yang benar, ujian ini bukan hanya membawa luka, tetapi juga menumbuhkan kedewasaan dan ketenangan batin.

Rida terhadap takdir Allah bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan menerima dengan lapang dada bahwa semua yang Allah tetapkan pasti ada hikmahnya. Dengan sabar, seseorang dapat mengubah luka menjadi proses pendewasaan diri. Dengan ikhlas, hati menjadi lebih ringan, dan seseorang dapat melangkah maju tanpa terikat dendam atau penyesalan.

Perceraian bukan alasan untuk saling menjatuhkan. Islam mengajarkan agar kita tetap menjaga lisan dan adab, bahkan terhadap orang yang pernah menjadi bagian dari doa kita. Jika ada anak, perceraian bukanlah akhir dari peran orangtua. Justru di sinilah tanggung jawab moral dan spiritual semakin besar: menjaga hati anak dari luka dan menunjukkan bahwa kasih sayang tidak harus utuh secara bentuk, tetapi harus utuh dalam sikap dan perhatian.

Seperti halnya Laudya Cynthia Bella, salah satu publik figur yang setelah bercerai memilih untuk menenangkan diri dan fokus pada pengembangan diri serta spiritualitas. Hal ini terlihat dari aktivitas keagamaannya yang semakin sering ia bagikan di media sosial, menunjukkan bagaimana perceraian bisa menjadi momentum memperkuat iman dan diri.

Perceraian bukan akhir yang diharapkan, tapi bagi hati yang siap menerima ujian, ini adalah awal perjalanan baru penuh makna. Mari kita belajar ikhlas dan sabar, percaya bahwa Allah selalu menyediakan kecukupan dan kedamaian yang lebih dalam hidup kita. Jadikan pengalaman ini sebagai batu loncatan menuju kedewasaan dan kebahagiaan sejati.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA