Kisah Ulbah bin Zaid; Sahabat Nabi yang Fakir dan Bersedekah dengan Doa

Kisah Ulbah bin Zaid; Sahabat Nabi yang Fakir dan Bersedekah dengan Doa


Eliyah
27/06/2024

Kisah inspiratif ini lahir pada saat Perang Tabuk. Peperangan yang terjadi ketika kaum muslimin berada dalam masa paceklik. Di sinilah kisah Ulbah bin Zaid muncul di dalam sejarah. Rasulullah mengabarkan kepada para sahabat tentang tujuan dan rencana untuk melaksanakan peperangan di daerah Tabuk, sebuah daerah yang sangat jauh bagi bangsa Arab pada saat itu.

Mendengar adanya seruan jihad ini, maka kaum muslimin berbondong-bondong datang memenuhi kota Madinah dari seluruh pelosok negeri. Rasulullah mengajak para dermawan untuk menginfakkan harta mereka guna bekal bagi pasukan yang akan berangkat menuju medan perang. Peristiwa ini dikenal dengan Jaisyul Usroh.

Ulbah bin Zaid berasal dari suku Anshor dari kabilah Aus, ia adalah seorang yang fakir dan tidak memiliki harta benda untuk diinfakkan guna mendukung pasukan yang akan pergi berperang. Ia hanya dapat menyaksikan kesibukan kaum muslimin dalam mempersiapkan kelengkapan perang. Semua orang tengah melengkapi dirinya dengan perlengkapan perang seperti baju besi, pedang, panah, tombak, unta, kuda, dan lain-lain. Ia menyaksikan semua itu dengan kesedihan yang mendalam, karena ia tidak memiliki uang sepeserpun untuk membeli peralatan perang tersebut.  

Baca juga: Kisah Sahabat Nabi yang Ingin Miskin tapi Selalu Gagal

Pagi itu, ia mendengar Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang mempersiapkan Jaisyul ‘Usroh, untuknya surga.” Panas dingin rasa badannya mendengar sabda Nabi itu. Apalagi dalam peperangan ini, Rasulullah tidak menerima mujahid kecuali mereka yang memiliki kendaraan dan kelengkapan berperang. Ulbah melihat Rasulullah duduk dikelilingi sahabat. Tiba-tiba Abu Bakar datang sambil membawa uang sebanyak 400 dirham dan diserahkan kepada Rasulullah untuk keperluan perang. Umar datang dengan membawa setengah hartanya, Utsman datang membawa 1000 dinar, dan disusul oleh Abdurrahman bin Auf serta para sahabat lainnya. 

Melihat hal itu, pulanglah Ulbah dengan membawa kesedihannya. Sampai larut malam ia tidak bisa tidur memikirkan dirinya yang tidak dapat berinfak dan membeli peralatan perang seperti para sahabat lakukan. Maka ia pun berwudu dan salat untuk mengurangi kegundahan hatinya. Lalu ia berdoa, “Ya Allah, Engkau memerintahkan berjihad, sedangkan Engkau tidak memberikan aku sesuatu yang dapat aku bawa berjihad bersama Rasul-Mu, dan Engkau tidak memberikan di tangan Rasul-Mu sesuatu yang dapat membawaku berangkat. Maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah bersedekah kepada setiap muslim dari semua perbuatan zalim mereka terhadap diriku dari perkara harta, raga, dan kehormatan.”

Pagi harinya, ia mengikuti salat subuh bersama Rasulullah. Telah ia lupakan air mata yang tertumpah di atas sajadah. Tetapi Allah tidak menyia-nyiakannya, Ia kabarkan semuanya kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril. Selesai salat, Rasul bersabda, “Siapa yang tadi malam telah bersedekah? Hendaklah ia berdiri.” Tidak ada seorang pun dari para sahabat yang berdiri dan Ulbah pun tidak merasa bahwa ia telah bersedekah.

Lalu Rasul mendekatinya dan berkata, “Bergembiralah Ulbah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya sedekahmu tadi malam telah ditetapkan sebagai sedekah yang diterima.”

Baca juga: Kisah Uwais Al-Qarni, Penghuni Langit yang Tulus Mencintai Ibunya

Alangkah bahagianya Ulbah. Doa yang ia panjatkan tadi malam sebenarnya adalah upaya dari orang miskin yang tidak punya harta. Kiranya Allah mendengar rintihannya. Kisah ini memberikan pelajaran bahwa jika kita tidak memiliki harta, sumbangkanlah tenaga. Jika kita tidak mampu, maka membantu dengan doa juga bagian dari kebaikan.



Yukkk! Zakat, Infak, dan Sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.

BACA JUGA