Ketika Lidah Jadi Api: Mengapa Namimah Bisa Menghancurkan Persaudaraan

Ketika Lidah Jadi Api: Mengapa Namimah Bisa Menghancurkan Persaudaraan


Risdawati
01/09/2025
7 VIEWS
SHARE

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar seseorang yang menyampaikan ucapan kepada pihak lain dengan tujuan untuk memicu permusuhan atau kebencian. Contoh perkataannya seperti: “Eh kata si A kamu itu sok banget,” atau “Saya gak mau ikut campur, tapi kata si B kamu itu pemalas”. Perkataan semacam ini disebut namimah, walaupun informasinya benar tapi tujuannya untuk mengadu domba maka disebut namimah.

Dalam Islam perilaku namimah dengan tegas dijelaskan dalam surah Al Qalam ayat 10-11 yang bunyinya:

“Janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah lagi berkepribadian hina, suka mencela, (berjalan) kian kemari menyebarkan fitnah (berita bohong).” (QS. Al Qalam: 10-11).

 Ayat ini memperingatkan bahwa perilaku namimah, membuat fitnah dan mengadu domba adalah tindakan tercela. Rasulullah saw pun memperingatkan seseorang yang sering mengadu domba. Dari Hudzaifah, beliau mendapatkan laporan tentang adanya seseorang yang suka melakukan adu domba maka beliau mengatakan bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda, “Pelaku adu domba tidak akan masuk surga” (HR. Muslim no. 303). 

Baca Juga: Amal Habis Tanpa Disadari

Imam Nawawi berkata, “Namimah adalah menukil perkataan orang lain dengan tujuan untuk membuat kerusakan. Namimah inilah sejelek-jeleknya perbuatan.”

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah melewati salah satu sudut kota Madinah atau Makkah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang diazab di dalam kubur. Beliau pun bersabda:

“Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satu lagi, dia keliling menebar namimah.” Kemudian beliau mengambil pelepah basah. Beliau belah menjadi dua, lalu Beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah. Mengapa Rasul melakukan ini?” Beliau menjawab, “Semoga mereka diringankan siksaannya, selama keduanya belum kering” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam konteks politik Indonesia, potensi namimah sangat besar. Provokasi sering dipakai untuk memecah belah rakyat dan aparat, baik melalui media sosial maupun aksi massa. Kontennya bisa berupa ujaran kebencian, hasutan, bahkan memicu kerusuhan seperti pembakaran atau penjarahan. Jika dibiarkan, provokasi semacam ini dapat menyulut konflik horizontal yang berdampak luas dan merugikan semua pihak.

Rasulullah saw bersabda, “Maukah kalian aku beritahu orang yang paling buruk di antara kalian? Dia adalah orang yang berjalan berkeliling melakukan namimah, merusak persaudaraan orang-orang yang saling bercinta dan yang mencari kesalahan orang.” (HR. Ahmad).

Namimah adalah perbuatan dosa besar, maka untuk menghindari perilaku semacam ini ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Menjaga lisan dan hati

2. Tidak langsung percaya pada informasi

3. Berpikir sebelum berbicara

Baca Juga: Jaga Lisan, Raih Berkah Ramadan: Hindari Gibah dan Dusta Saat Berpuasa

4. Meningkatkan ilmu dan kesadaran agama

5. Menghindari lingkungan yang suka bergosip

6. Menegur dengan cara bijak

Namimah mungkin tampak sepele, tapi dampaknya sangat besar dapat merusak hubungan dan mendatangkan dosa. Bijaklah dalam berbicara, karena tidak semua yang kita dengar pantas untuk disebar. Kadang, menahan kata lebih mulia daripada menyulut luka.


Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA