Koalisi Armada Kebebasan mengonfirmasi bahwa kapal bantuan kemanusiaan Handala telah dicegat secara ilegal oleh pasukan Israel di perairan internasional, sekitar 40 mil laut dari pantai Gaza. Insiden ini terjadi pada Rabu malam, 23 Juli 2025, pukul 23.43 waktu Palestina.
Sebelum diserbu, kapal Handala sempat mengirimkan sinyal marabahaya ketika kapal-kapal militer Israel mulai mendekat. Tak lama kemudian, seluruh sistem komunikasi diputus secara paksa. Kamera dimatikan. Suara dari kapal kecil itu, yang membawa harapan bagi Gaza, terputus dari dunia.
Padahal, kapal Handala tak membawa senjata. Ia mengangkut bantuan vital bagi warga Gaza: susu formula, popok bayi, bahan makanan, dan obat-obatan. Namun saat pasukan Israel menaikinya, 21 penumpang sipil dari 12 negara langsung ditangkap, dan seluruh kargo disita. Di antara penumpang terdapat aktivis lingkungan, jurnalis, pengacara, anggota parlemen, dan pejuang HAM.
Sebelum komunikasi terputus, para awak kapal sempat merekam pernyataan bersama: “Jika mereka diserang, mereka akan bergabung dengan aksi mogok makan global untuk Gaza.”
Mereka juga menyerukan kepada orang-orang bebas di dunia untuk menghubungi pemerintah dan meminta pertanggungjawabannya. Tuntut diakhirinya keterlibatan mereka dalam kejahatan perang dan genosida Israel serta pembebasan segera semua awak kapal Handala.
Baca Juga: Runtuhkan Blokade Israel: Freedom Flotilla Kirim Kembali Kapal Bernama Handala
Dalam satu tahun, Israel telah melakukan penyerangan terhadap misi Armada Kebebasan dan serangan terhadap kapal Handala merupakan tindakkan kekerasan ketiga. Serangan ini menyusul pengeboman kapal bantuan sipil Conscience di perairan Eropa pada bulan Mei, yang melumpuhkan kapal tersebut dan melukai empat orang. Sedangkan penyitaan ilegal terhadap kapal Madleen terjadi pada bulan Juni, di mana Israel menculik dua belas warga sipil, termasuk anggota parlemen.
Ann Wright, anggota pengarah Freedom Flotilla mengatakan, “Israel tidak memiliki wewenang hukum untuk menahan warga sipil internasional di atas Handala, ini bukan masalah yurisdiksi internal Israel. Mereka adalah yang beroperasi di bawah hukum internasional dan di perairan internasional. Penahanan mereka melanggar hukum, sewenang-wenang, dan harus dihentikan.”
Hingga saat ini belum ada informasi lanjutan terkait nasib para aktivis yang ditahan oleh pasukan Israel, namun sebelumnya Israel mengatakan bahwa mereka akan dideportasi.
Menurut Adalah, tiga orang aktivis asing setuju untuk dideportasi segera, yaitu Antonio Mazzeo dari Italia, Gabrielle Cathala dari Prancis, dan aktivis asal Amerika Serikat Jacob Berger. Sedangkan 15 aktivis dari berbagai negara menolak mendatangani surat deportasi dan masih ditahan oleh otoritas Israel sambil menunggu sidang.
Dua warga negara ganda, Huwaida Arraf (Amerika/Palestina) dan Bob Suberi (veteran perang Yahudi AS), telah dibebaskan usai menjalani pemeriksaan oleh polisi dan kini berada bersama tim hukum dari Adalah.
Baca Juga: Walaa al-Jaabari: Jurnalis yang Dibom Bersama Bayi di Rahimnya
Adalah juga menyampaikan bahwa mereka belum bisa menemui keempat aktivis yang ditahan, yakni Ange Sahuquet dari Prancis, Dr. Frank Romano dari Prancis/AS, jurnalis Al Jazeera asal Maroko Mohamed El Bakkali, dan juru kamera dan reporter lapangan Al Jazeera Waad Al Musa berkewarganegaraan ganda Irak/Amerika Serikat.
Pencegatan Handala adalah lebih dari sekadar operasi militer ia adalah simbol kerasnya dinding yang dibangun terhadap harapan dan kemanusiaan. Di tengah laut yang luas, kapal kecil itu membawa suara-suara yang selama ini dibungkam. Meski dihentikan paksa, pesan yang dibawanya tetap melaju: bahwa kebebasan, keadilan, dan solidaritas tak bisa disekat dengan senjata.
Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.