Lelah Jadi Dewasa? Selamat Datang di Dunia Kidulting

Lelah Jadi Dewasa? Selamat Datang di Dunia Kidulting


Risdawati
30/10/2025
8 VIEWS
SHARE

Di tengah tekanan hidup dan tuntutan untuk selalu tampak dewasa, banyak orang justru menemukan kenyamanan dalam hal-hal yang mengingatkan mereka pada masa kecil. Inilah yang disebut kidulting. Sebuah tren di mana orang dewasa kembali menikmati mainan, kartun, atau hobi lama sebagai bentuk pelepasan diri dan pencarian makna di tengah kehidupan modern yang serba cepat.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan menarik: apakah kidulting sekadar tren konsumtif, atau justru cerminan kebutuhan emosional generasi dewasa masa kini? Di antara kedewasaan yang kaku dan nostalgia yang hangat, kidulting menghadirkan ruang refleksi tentang bagaimana manusia memaknai kebahagiaan dan identitas dirinya di era modern.

Sejarah Fenomena Kidulting

Fenomena kidulting adalah sebuah paduan dari kata kid dan adulting, yang merujuk pada orang dewasa yang masih memanjakan diri dengan hal-hal yang biasanya membahagiakan anak-anak. Meski terdengar seperti tren baru, namun ternyata istilah kidult ini sudah ada sejak 1980 dan pertama kali muncul di majalah Time tahun 1985 dalam artikel “Coming Soon: TV’s New Boy Network.”

Awalnya, istilah ini digunakan untuk menggambarkan dua hal sekaligus, anak-anak yang mencoba terlihat dewasa, serta orang dewasa yang justru berperilaku seperti anak-anak. Kini, makna istilah ini lebih dikenal sebagai perilaku orang dewasa yang menikmati hal-hal khas anak-anak sebagai bentuk pencarian kesenangan atau kenyamanan.

Beberapa psikolog menilai bahwa kidulting merupakan cara alami bagi seseorang untuk kembali merasakan kebahagiaan dan rasa aman yang pernah ia alami saat kecil.

Pengaruh Industri Mainan Anak

Kondisi ini bukan sekadar tren sesaat. Kini banyak orang dewasa, terutama generasi milenial dan Gen Z, merasa kidulting memberi ruang untuk melarikan diri sejenak dari tekanan hidup. Tidak heran, beberapa perusahaan pun memanfaatkan fenomena ini untuk meningkatkan keuntungan bisnis mereka.

Laporan dari perusahaan riset pasar asal AS, Circana, mengungkap bahwa para kidult kini menjadi kekuatan baru di balik pesatnya industri mainan. Dalam dua tahun terakhir, konsumen berusia 18 tahun ke atas mencatat pertumbuhan penjualan tertinggi, yakni sekitar 5,5%, disusul kelompok remaja yang tumbuh 3,3%. Menariknya, penjualan mainan untuk anak-anak justru terus menurun sejak 2021, seiring berkurangnya pengeluaran orang tua untuk produk tersebut. Circana menyebut, gelombang ini lahir dari nostalgia masa kecil, hobi koleksi, budaya fandom, serta kolaborasi unik antar merek yang semakin populer.

Banyak merek besar bahkan menargetkan segmen kidult karena daya beli mereka yang tinggi. Namun, sebagian orang menganggap kidulting sebagai tanda kedewasaan yang tertunda. Mereka berpendapat terlalu larut dalam dunia anak-anak bisa membuat seseorang menghindar dari tanggung jawab orang dewasa. Meski begitu, banyak yang menekankan bahwa selama masih proporsional, kidulting justru menjadi bentuk ekspresi diri yang positif.

Fenomena ini bahkan tidak terbatas pada masyarakat umum; beberapa tokoh pemimpin pun mendapat sorotan karena koleksi mainan yang ada di meja kerjanya. Hal ini kontras dengan pemimpin masa lalu yang lebih banyak mengoleksi buku untuk memperkaya pemikirannya.

Kidulting dan Budaya Konsumsi Modern

Munculnya tren kidulting juga terkait dengan cara hidup modern yang menempatkan materi sebagai ukuran kebahagiaan. Dalam sistem kapitalis, segala kebutuhan manusia dianggap harus dipenuhi, sehingga masyarakat terdorong untuk terus membeli dan mengonsumsi barang atau jasa baru.

Meski terdengar serakah, kapitalisme menilai konsumsi berlebihan sebagai cara mendorong pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, manusia pun sering merasa kebutuhan mereka tak pernah cukup, dan tren seperti kidulting berkembang sebagai bentuk kepuasan emosional sekaligus respons terhadap budaya konsumsi yang tak henti-hentinya.

Di balik mainan, kartun, dan koleksi nostalgia, kidulting bukan sekadar hiburan atau konsumsi materi. Tren ini juga mencerminkan cara manusia mencari kebahagiaan, mengelola stres, dan mengekspresikan identitas diri di era modern. Selama dijalani secara proporsional, kidulting bisa menjadi bentuk ekspresi diri yang sehat, mengingatkan kita bahwa kedewasaan tidak selalu harus menghapus rasa senang masa kecil.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA