Ketika Iman Menguatkan: Coping Stress Remaja Korban Bullying

Ketika Iman Menguatkan: Coping Stress Remaja Korban Bullying


Risdawati
13/11/2025
19 VIEWS
SHARE

Akhir-akhir ini, kasus bullying atau perundungan semakin sering mencuat. Aksi tersebut tidak lagi sekadar saling ejek atau mengolok-olok, tapi sudah banyak yang berujung tragis, bahkan sampai merenggut nyawa.

Di Indonesia sendiri, angka kasus bullying masih tergolong tinggi, dan bentuk cyberbullying kini menjadi ancaman nyata bagi generasi muda, terutama di kalangan Gen Z. Berdasarkan data UNICEF tahun 2020, sekitar 45% dari 2.777 anak di Indonesia mengaku pernah mengalami tindakan cyberbullying. Kasus ini paling banyak terjadi di jenjang SD, SMP, dan SMA, di mana anak-anak sedang membentuk jati diri dan kepercayaan diri mereka.

Namun, aksi bullying ternyata tidak hanya terjadi di jenjang sekolah. Baru-baru ini, kasus tragis menimpa seorang mahasiswa Universitas Udayana (Unud), Timothy,  dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Ia diduga menjadi korban perundungan yang begitu berat hingga memicu tindakan nekat: mengakhiri hidup dengan melompat dari lantai dua gedung FISIP Unud.

Dampak Psikologis dan Perspektif Islam

Kasus seperti ini menunjukkan bahwa dampak bullying bisa sangat serius, bukan hanya melukai fisik, tetapi juga meninggalkan luka batin yang mendalam. Tekanan psikologis yang terus menumpuk dapat memicu stres berat hingga kehilangan harapan. Di sinilah pentingnya memahami bagaimana cara menghadapi stres, terutama melalui nilai-nilai dan ajaran Islam yang menenangkan jiwa.

Islam menjunjung tinggi nilai kemanusiaan tanpa membeda-bedakan ras, warna kulit, agama, atau status sosial. Yang membedakan manusia di hadapan Allah Swt hanyalah tingkat ketakwaannya. Karena itu, setiap individu memiliki martabat yang sama dan wajib saling menghormati serta berbuat baik satu sama lain. Prinsip ini ditegaskan dalam Al-Qur’an dan hadis yang menekankan kasih sayang dan kebaikan terhadap sesama.

Dalam Islam, segala bentuk perundungan jelas dilarang. Allah Swt berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 11:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok)... Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk...” (QS. Al-Hujurat: 11).

Rasulullah saw bersabda: “Seorang mukmin adalah orang yang tidak menyakiti dan tidak pula diganggu oleh orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, Islam secara tegas melarang segala tindakan yang dapat menyakiti orang lain baik secara fisik maupun batin, termasuk bullying dan cyberbullying.

Cara Mengelola Stres Menurut Islam

Lalu, bagaimana ajaran Islam membantu seseorang, khususnya remaja korban bullying, untuk menghadapi stres dan memulihkan ketenangan jiwanya? Berikut beberapa caranya:

1. Bersabar: Tetap tenang dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153).

2. Tawakal: Setelah berusaha, serahkan hasilnya kepada Allah Swt. “Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupinya.” (QS. At-Talaq: 3).

3. Zikir dan Doa: Mengingat Allah menenangkan hati dan memberi kekuatan batin. “Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

4. Mencari Dukungan Positif: Islam mendorong saling tolong-menolong. Berbagi cerita dengan orang yang dipercaya, termasuk orang tua, guru, teman, atau konselor Islami, bisa membantu meredakan stres.

5. Bersyukur: Melihat sisi baik dari setiap ujian membantu menumbuhkan optimisme dan ketenangan hati.

Bullying memang sulit dihadapi, tetapi dengan iman yang kuat, sabar, tawakal, zikir, dan bersyukur, remaja bisa mengelola stres dan memulihkan ketenangan hati. Setiap ujian adalah kesempatan untuk memperkuat diri, bangkit dari luka, dan menjadi pribadi yang lebih tegar serta bijaksana.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA