Jakarta, (8/8) — Transformasi layanan kesehatan di
Indonesia membutuhkan lebih dari sekadar intervensi teknis. Dibutuhkan sinergi
kuat antara pemerintah, sektor filantropi, dan berbagai pemangku kepentingan
untuk menciptakan sistem kesehatan yang inklusif, berdaya, dan adaptif terhadap
tantangan zaman.
Hal inilah yang menjadi sorotan utama dalam seminar bertema
“Mendorong Transformasi Sistem dan Layanan Kesehatan Lewat Dukungan dan
Kolaborasi Sektor Filantropi” yang digelar oleh Perhimpunan Filantropi
Indonesia (PFI) dalam rangkaian Filantropi Festival (FIFest) 2025 di Jakarta.
Para narasumber seperti Prof. Dr. R. Budi Haryanto, S. K.
M., M.Kes sebagai anggota dewan pakar PFI dan guru besar Departemen Kesehatan Lingkungan
Universitas Indonesia, menekankan bahwa peluang untuk memperbaiki sistem
kesehatan sebenarnya sangat terbuka. Namun, agar peluang itu benar-benar
berdampak, dibutuhkan kemitraan yang lebih erat dan berkelanjutan antara
lembaga filantropi, pemerintah, dan aktor-aktor lain dalam ekosistem kesehatan.
“Kita perlu mengaktifkan kembali kluster kesehatan secara
lebih konkret. Dengan kolaborasi yang kuat, kita bisa mendorong lahirnya
inovasi-inovasi yang mampu menjawab tantangan layanan kesehatan, terutama di
daerah yang selama ini belum tersentuh secara maksimal,” ujar Asteria.
Seminar ini menjadi ruang dialog terbuka untuk memperkuat
strategi bersama dalam mendukung agenda transformasi kesehatan nasional,
sekaligus membangun kepercayaan antar sektor untuk mewujudkan ekosistem layanan
yang lebih tangguh, adil, dan manusiawi.