Apakah Kita Benar-Benar Menjalani Hidup Kita Sendiri?

Apakah Kita Benar-Benar Menjalani Hidup Kita Sendiri?


Risdawati
28/08/2025
6 VIEWS
SHARE

Setiap hari, kita membuat puluhan bahkan ratusan keputusan kecil mulai dari memilih pakaian hingga menentukan karier. Namun, seberapa banyak dari keputusan itu benar-benar berasal dari kehendak bebas kita? Atau justru sudah dibentuk oleh lingkungan, budaya, dan tekanan sosial sejak lama?

Sejak kecil, kita tumbuh dalam struktur keluarga, sekolah, dan masyarakat yang tanpa sadar membentuk cara kita melihat dunia. Kita diajarkan untuk menjadi “baik”, untuk mengejar nilai tinggi, karier stabil, pasangan ideal, atau rumah impian. Tapi seberapa sering kita berhenti dan bertanya: “Apakah ini benar-benar hidup yang aku inginkan?”

Baca Juga: Slow Living: Seni Bertahan Hidup di Zaman Serba Cepat!

Banyak orang tumbuh besar tanpa pernah diberi ruang untuk mengenali dirinya sendiri. Standar-standar hidup sering kali diwariskan tanpa pertanyaan. Maka tidak heran, jika di usia dewasa, kita mulai merasa asing dalam kehidupan kita sendiri.

Bahkan terkadang, kita terjebak dalam bayang-banyang ekspektasi orang lain karena sulit mengatakan “tidak”. Misalnya ketika orang tua menyarankan kita untuk memilih jurusan saat hendak kuliah, kita tak kuasa menolaknya. Meskipun diskusi hingga perdebatan alot sering terjadi, tapi pada akhirnya kita tidak bisa mengambil keputusan yang berasal dari hati kita sendiri.

Pada kasus lain, kita bisa mengambil keputusan sesuai dengan keinginan. Namun, setelah dipikir-pikir lagi ternyata semua itu tidak lepas dari tekanan sosial, lingkungan, dan lainnya. Contohnya, memilih jurusan karena “menjanjikan” kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan atau menikah karena “sudah waktunya”. Sekilas kita memang memilih atas keinginan sendiri, akan tetapi tanpa disadari kita hanya memilih opsi yang sudah dibatasi oleh sistem.

Baca Juga: Kebiasaan Membuka Jendela di Pagi Hari: Manfaat dan Filosofinya

Hidup dengan ekspektasi orang lain itu melelahkan. Alih-alih bahagia, kita malah lebih banyak kecewa. Daripada terus berusaha untuk membuktikan kepada orang lain, kenapa tidak untuk hidup sesuai dengan nilai kita sendiri? Mulai sekarang, kenali apa yang benar-benar kamu inginkan dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain, belajar berkata tidak, dan hidup sesuai ritmemu sendiri.

Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga, menulis buku yang berjudul The Courage to Be Disliked yang mengatakan bahwa, kebahagiaan sejati datang ketika kita berhenti hidup berdasarkan ekspektasi orang lain dan mulai menjalani hidup sesuai dengan nilai dan keinginan diri sendiri. Pada akhirnya, hidup yang dijalani tanpa kesadaran diri bukanlah hidup. Melainkan hanya peran yang kita mainkan tanpa naskah yang kita pilih sendiri.


Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA