Saat Anak dan Orang Tua Saling Menjadi Penolong Tanpa Disadari

Saat Anak dan Orang Tua Saling Menjadi Penolong Tanpa Disadari


Risdawati
19/11/2025
16 VIEWS
SHARE

Kadang kita lupa bahwa di balik lelahnya merawat, kerasnya bertahan, dan perihnya perbedaan antara orang tua dan anak, Allah sedang menyiapkan kejutan terbesar: bahwa siapa yang kita anggap menyusahkan bisa jadi adalah jalan keselamatan kita, dan siapa yang kita remehkan justru bisa menjadi alasan kita dibangkitkan dalam keadaan mulia, karena dalam hubungan ini, tak ada yang benar-benar tahu siapa yang sedang menuntun siapa menuju surga.

Hubungan antara orang tua dan anak bukan sekadar ikatan darah, melainkan sebuah hubungan yang jauh lebih dalam. Keduanya saling memberi manfaat, baik di dunia maupun di akhirat. Anak dan orang tua adalah amanah, ujian, sekaligus jalan menuju kebaikan dan keberkahan. Allah Ta’ala menempatkan keduanya dalam posisi yang mulia, agar saling memberi dan menerima kebaikan. Sebagaimana Allah Swt berfirman:

“Orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.” (QS. An-Nisa: 11).

Ayat ini turun dalam konteks warisan, namun maknanya melampaui soal harta. Allah mengingatkan bahwa hubungan orang tua dan anak bukan hanya ikatan darah, melainkan ikatan manfaat yang ditetapkan dengan hikmah dan kasih sayang-Nya.

Dari persoalan tersebut, kita belajar bahwa manusia tidak dapat memastikan siapa yang lebih banyak memberikan kebaikan. Ada kalanya orang tua menjadi jalan manfaat yang besar bagi anak-anaknya melalui nafkah, kasih sayang, doa, serta warisan ilmu dan pendidikan. Di sisi lain, anak pun dapat memberikan manfaat serupa kepada orang tua, baik ketika mereka masih hidup maupun setelah wafat, melalui pahala amal jariyah yang terus mengalir.

Anak Perempuan dalam Bayang-Bayang Jahiliah

Pada masa jahiliah, masyarakat Arab menganggap anak perempuan sebagai aib dan beban. Mereka bahkan mengubur anak perempuan hidup-hidup karena takut miskin dan takut dicela. Allah Swt berfirman:

“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, “Karena dosa apa dia dibunuh,” (QS. At-Takwir: 8-9).

Perbuatan ini menunjukkan betapa jauhnya mereka dari fitrah kemanusiaan. Ayat ini menegaskan bahwa setiap jiwa akan dimintai pertanggungjawaban, termasuk anak-anak yang dizalimi. Melalui peristiwa ini kita belajar bahwa manusia tidak pernah tahu siapa yang lebih banyak memberi manfaat, bisa jadi anak yang diremehkan justru bisa menjadi penyelamat bagi orang tuanya. Anak perempuan yang dahulu dianggap hina oleh masyarakat jahiliah, justru dimuliakan dalam Islam hingga Nabi saw bersabda:

“Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka.” (HR. Muslim no. 2629).

Hadis ini memperkuat ayat sebelumnya dan menegaskan bahwa manfaat seorang anak tidak ditentukan oleh logika manusia, tetapi oleh hikmah Allah Swt.

Hikmah Merawat Anak yang Berkebutuhan Khusus

Sebagian orang tua diuji dengan anak yang memiliki keterbatasan fisik atau mental. Secara duniawi, kondisi ini sering dianggap beban. Namun, Surah An-Nisa ayat 11 mengingatkan bahwa manfaat tidak selalu terlihat secara lahiriah. Bisa jadi, justru anak seperti inilah menjadi jalan pahala terbesar bagi orang tuanya.

Kehadirannya mengajarkan sabar, ikhlas, dan tawakal. Perhatian dan kasih sayang yang tercurah kepadanya menjadi ladang pahala yang terus mengalir. Setiap doa dan ketulusan yang lahir dari hati orang tua bisa menjadi sebab turunnya rahmat Allah. Rasulullah saw bersabda:

“Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa, melainkan dosa-dosanya akan diampuni.” (HR. Muslim no. 2573).

Maka anak yang memiliki keterbatasan bukan penghalang kebahagiaan, melainkan penghapus dosa, pembuka pahala, bahkan bisa menjadi sebab orang tuanya masuk surga.

Orang Tua: Sumber Doa dan Kasih Sayang

Orang tua adalah sebab keberadaan anak di dunia. Dengan perjuangan, kasih sayang, dan doa merekalah seorang anak dapat tumbuh dan menjalani hidup. Doa orang tua bahkan termasuk yang paling mustajab. Nabi saw bersabda:

“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi: doa orang tua, doa orang yang dizalimi, dan doa musafir.”  (HR. Abu Daud).

Betapa besar keberkahan yang didapatkan oleh anak dari orang tuanya, karena itu hendaklah kita selalu menghormati dan menyayangi keduanya sebagaimana mereka mencurahkan kasih sayang sepanjang hidupnya.

Anak: Amal Jariyah yang Terus Mengalir

Sebaliknya, anak juga dapat menjadi sebab pahala yang tidak terputus bagi kedua orang tuanya. Rasulullah saw bersabda:

“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Anak yang saleh bukan hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga menjadi tabungan amal bagi kedua orang tuanya. Setiap doa dan kebaikan yang ia lakukan menjadi sebab pahala yang terus mengalir kepada mereka.

Pada akhirnya, hubungan orang tua dan anak adalah hubungan saling memberi manfaat yang Allah Swt tetapkan dengan penuh hikmah. Tidak ada yang tahu siapa yang lebih banyak memberikan kebaikan. Yang pasti, ketika keduanya saling menyayangi, menghormati, dan menaati perintah Allah Swt, hubungan itu menjadi sumber keberkahan di dunia dan keselamatan di akhirat.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA