Baca Kisah Ini Ketika Kamu Masih Berpikir Kaya Dulu Baru Sedekah

Baca Kisah Ini Ketika Kamu Masih Berpikir Kaya Dulu Baru Sedekah


Eliyah
15/07/2024

Suatu ketika, salah seorang anak Ali bin Abi Thalib sakit. Segala cara sudah dilakukan untuk kesembuhannya. Ali pun bernazar, jika anaknya sembuh, ia akan berpuasa selama tiga hari berturut-turut. Akhirnya Allah Swt. mengabulkan doanya. Anak Ali sembuh dari penyakitnya. Bersama istrinya Fatimah az-Zahra, ia menjalankan puasa nazar. 

Menjelang senja, mereka bersiap untuk berbuka puasa. Sudah tersedia beberapa potong roti kering dan air putih di meja makan. Keadaan Ali sedang sulit, hanya itulah yang mereka miliki untuk makan. Tiba-tiba terdengar suara salam dan ketukan pintu. Ali bergegas membuka pintu dan melihat seseorang dengan pakaian yang lusuh. Dengan wajah memelas ia berkata, “Aku orang miskin. Seharian ini aku belum makan, perutku sangat lapar. Tolong aku, berilah aku sedikit makanan.”

Ali terdiam sejenak, kemudian ia mengambil roti bagiannya. Lalu menyerahkan roti itu kepada orang tersebut. ternyata, Fatimah juga melakukan hal yang sama. Akhirnya mereka hanya berbuka dengan air putih saja. Di hari kedua, Ali dan Fatimah berpuasa dan hendak berbuka, datanglah seorang anak. Tubuhnya sangat lemah dan wajahnya tampak pucat. Ali bertanya, “Apa yang terjadi denganmu, Nak?”

Anak itu menjawab, “Aku anak yatim. Ayahku sudah lama meninggal. Beberapa hari ini, ibuku pergi bekerja. Selama itu perutku kosong, tidak ada makanan yang bisa aku makan.”

Baca juga: Beginilah Cara Rasulullah Membesarkan Hati Orang Miskin

Ali sangat sedih mendengarnya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung memberikan roti bagiannya kepada anak tersebut. Apa yang dilakukan Ali lagi-lagi ditiru oleh Fatimah. Ia menyerahkan roti bagiannya kepada si anak yatim itu. 

Hari berikutnya, kejadian sama berulang. Menjelang berbuka, datanglah seorang mengetuk pintu. Orang itu adalah seorang tawanan perang. “Aku orang Muslim yang baru dibebaskan oleh orang Kafir,” katanya kepada Ali. “Aku kelaparan sampai tubuhku terasa sangat lemah. Aku mohon, berilah aku makanan.”

Ali dan Fatimah saling berpandangan. Sejak mereka berpuasa nazar, tak sebutir kurma atau sepotong roti pun yang masuk ke dalam perut mereka. Selama itu juga mereka hanya berbuka dengan air putih. Ali dan Fatimah akhirnya kembali memberikan roti yang mereka miliki kepada si tawanan perang. Mereka rela menahan lapar selama berhari-hari demi menolong orang lain. Mereka melakukan hal tersebut hanya mengharap rida Allah Swt.

Menurut Ibnu Abbas, Allah berkenan menurunkan ayat Al-Qur’an atas kedermawanan Ali dan Fatimah. Dalam surah Al-Insan ayat 7-10 Allah Swt berfirman, “Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.”

Sahabat, kisah ini memberikan pembelajaran yang sangat berharga bagi kita. sifat berbagi dan bersedekah kepada orang yang membutuhkan tidak perlu menunggu kaya. Lakukan semampu kita untuk membantu orang lain, baik dengan harta, ilmu, waktu, maupun tenaga.


Yukkk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.

BACA JUGA