Utsman bin Mazh’un; Tegar Mempertahankan Iman

Utsman bin Mazh’un; Tegar Mempertahankan Iman


Eliyah
25/03/2024

Utsman bin Mazh’un adalah sahabat Rasulullah ke-14 yang masuk Islam. Ia adalah cendekiawan Arab pada zaman jahiliyah yang pertama masuk Islam. Ia seorang muhajirin yang pertama wafat di Madinah, dan orang Islam pertama yang di makamkan di Baqi.

Ustman bin Mazh’un dikenal sebagai sosok teladan dalam kesederhanaan. Sahabat Utsman mengenakan pakaian ketakwaan yang tidak kasat mata oleh manusia, namun mendapat perhatian sepenuhnya dari Allah Swt. 

Pada tahun kelima setelah diutusnya Nabi Muhammad saw menjadi nabi dan Rasul, kota Mekah saat itu berada dalam kondisi tidak stabil. Banyak penyiksaan dan penindasan yang dialami oleh para sahabat. Jiwa dan raga mereka tertekan oleh pembesar Quraisy yang bertindak semena-mena kepada mereka hanya karena iman kepada Nabi. Rasulullah pun memerintahkan untuk hijrah dan Utsman bin Mazh’um salah satu sahabat yang pernah hijrah ke Habasyah.

Ketika Rasulullah saw mengutamakan keselamatan golongan kecil dari orang-orang beriman dan teraniaya dengan jalan berhijrah ke Habsyi dan siap menghadapi bahaya seorang diri, maka Ustman bin Mazh’un terpilih sebagai pemimpin rombongan pertama dari kelompok muhajirin. Dengan membawa puteranya yang bemama Saib, dihadapkannya muka dan dilangkahkannya kaki ke suatu negeri yang jauh, menghindar dari tiap daya musuh Allah Abu Jahal, dan kebuasan orang Quraisy serta kekejaman siksa mereka.

Baca juga: Kenapa Umat Islam Wajib Puasa Ramadan?

Pada saat perjalanan hijrah Utsman bin Mazh’un melihat saudara-saudara sesama muslimin, yakni golongan fakir miskin dan orang-orang yang tidak berdaya, tiada mendapatkan perlindungan dan tidak mendapatkan orang yang sedia melindungi mereka. 

Dilihatnya mereka diterkam bahaya dari segala jurusan, dikejar kezaliman dari setiap jalan. Sementara ia sendiri aman tenteram, terhindar dari gangguan bangsanya. Maka ruhnya yang biasa bebas itu berontak, dan perasaannya yang mulai bergejolak, dan menyesallah ia atas tindakan yang telah diambilnya.

Ketika Utsman bin Mazh’un menyaksikan penderitaan yang dialami oleh para sahabat Rasulullah saw, sementara ia sendiri pulang pergi dengan aman dan tenteram disebabkan perlindungan Walid bin Mughirah, katanya: ‘Demi Allah, sesungguhnya mondar-mandirku dalam keadaan aman disebabkan perlindungan seorang tokoh golongan musyrik, sedang teman-teman sejawat dan kawan-kawan seagama menderita adzab dan siksa yang tidak kualami, merupakan suatu kerugian besar bagiku!”

Pada saat itu Ustman bertekad bulat untuk keluar dari perlindungan itu. Dalam suatu pertemuan Lubaid menyeru kepada kaum Quraisy, kata Lubaid: “Hai orang-orang Quraisy! Demi Allah, tak pernah aku sebagai teman duduk kalian disakiti orang selama ini. Bagaimana sikap kalian kalau ini terjadi?”

Maka berkatalah salah seorang di antara mereka: “Si toloI ini telah meninggalkan agama kita ! Jadi tak usah digubris apa ucapannya!”

Utsman membalas ucapannya itu hingga di antara mereka tejadi pertengkaran. Orang itu tiba- tiba bangkit mendekati Utsman lalu meninjunya hingga tepat mengenai matanya, sementara Walid bin Mughirah masih berada di dekat itu dan menyaksikan apa yang terjadi. Maka katanya kepada Utsman: “Wahai keponakanku, jika matamu kebal terhadap bahaya yang menimpa, maka sungguh, benteng perlindunganmu amat tangguh!’

Ujar Utsman: “Tidak, bahkan mataku yang sehat ini amat membutuhkan pula pukulan yang telah dialami saudaranya di jalan Allah! Dan sungguh wahai Abu Abdi Syamas, saya berada dalam perlindungan Allah yang lebih kuat dan lebih mampu daripadamu!”

Baca juga: Cara Berpuasa Ala Rasulullah, Rugi Kalau Gak Ditiru!

“Ayuhlah Utsman”, kata Walid pula, “Jika kamu ingin, kembalilah masuk ke dalam perlindunganku!”

“Terima kasih!” ujar Ibnu Mazh’un menolak tawaran itu.

Ibnu Mazh’un meninggalkan tempat itu, tempat terjadinya peristiwa tersebut dengan mata yang pedih dan kesakitan, tetapi jiwanya yang besar memancarkan keteguhan hati dan kesejahteraan serta penuh harapan. Demikian Utsman bin Mazh’un memberikan contoh dan teladan utama yang memang layak dan sewajamya. 

Dan demikianlah pula lembaran kehidupan ini menyaksikan suatu pribadi utama yang telah menyemarakkan wujud ini dengan harum semerbak disebabkan pendiriannya yang luar biasa dan mempesona.

Dan setelah dikembalikannya perlindungan kepada Walid, maka Utsman menemui siksaan dari orang-orang Quraisy. Tetapi dengan itu ia tidak merana, sebaliknya bahagia, sungguh-sungguh bahagia ! Siksaan itu tak ubahnya bagai api yang menyebabkan keimanannya menjadi matang dan bertambah murni.

BACA JUGA