Sebagai manusia yang hidup dengan penuh kebahagiaan dan ujian, tidak akan luput dari dosa. Manusia diberi akal agar bisa membedakan mana yang buruk dan baik, mana yang boleh dan tidak. Akan tetapi, banyak dari kita yang secara sadar masih melakukan kesalahan atau dosa, padahal kita mengetahui dan paham betul bahwa hal tersebut tidak benar. Mengapa demikian?
1. Hawa nafsu
Musuh terbesar manusia adalah nafsu. Nafsu mampu membawa manusia pada kerusakan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga dan membentengi diri dari hawa nafsu yang buruk. Mengikuti hawa nafsu menjadikan manusia lalai. Hal ini dijelaskan dalam Q.S Al-Kahf ayat 28, “…Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas.”
2. Tidak menjaga mata dan telinga dari hal-hal yang tidak seharusnya
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Buya Yahya dalam Channel Youtube @Buya Yahya.
“Kita bukan robot yang tinggal diprogram saja. Kita manusia, ada hal yang harus disadari; di dalam diri manusia ada pikirannya, ada hatinya, dan ada syahwatnya. Kemudian jika ingin membuat perubahan, maka kita harus benahi semuanya. Mulai dari pikiran kita, hati kita. Pikiran kita tidak akan langsung sampai kecuali melalui pintunya, hati juga ada pintunya. Pintunya sederhana, hanya mata dengan telinga. Kalau kita bisa menjaga mata dan telinga kita, aman kita dari godaan apapun.”
Baca juga: Sedekah Mampu menjadi Penggugur Dosa
3. Terpengaruh teman
Bukan sekadar harus melihat yang baik-baik dan dengar yang baik-baik. Kalau kata nabi, temanmu siapa? Perhatikan itu, karena teman yang baik akan membisikkan dan memamerkan hal-hal baik, sedangkan teman yang tidak baik akan memberikan dampak sebaliknya. Oleh karena itu nabi berkata, iman seseorang itu tergantung dengan siapa dia berteman.
“Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.” (HR. Abu Dawud).
Hadis ini menjelaskan bahwa seseorang akan bersikap, berperilaku sesuai dengan kebiasaan temannya. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan siapa temannya, karena teman bisa mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.
Sahabat, jika kita merasa tidak resah ketika berbuat maksiat karena Allah Maha Pengampun, itu salah. Allah memang Maha Pengampun dan ampunan Allah itu luas bahkan sebelum nyawa sampai di kerongkongan. Artinya, jika kita sudah berada pada keadaan yang mana nyawa sampai pada kerongkongan, kita sudah tidak bisa mendapatkan ampunan dari Allah. Dan kita tidak pernah tahu kapan kita akan mati. Hal yang perlu kita resah dan takutkan adalah ketika kita mati dalam keadaan sedang berbuat maksiat.
“Sungguh Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum sampai di kerongkongan.” (HR. At-Tirmidzi, 3880).
Yuk! Zakat, infak, dan sedekah bersama LAZ Al Azhar. Hadirkan kebahagiaan dan kebermanfaatan yang lebih luas. Klik di sini.