Mak Sruput: Meramu Jamu, Melestarikan Indonesia

Mak Sruput: Meramu Jamu, Melestarikan Indonesia


Eliyah
28/08/2025
12 VIEWS
SHARE

”Sebotol jamu, sebotol harapan. Bukan sekadar ramuan. Jamu adalah warisan, budaya, dan bukti cinta tanah air. Di balik setiap tegukan, tersimpan kisah perjuangan.”

Indonesia Diakui Dunia. Tapi, Siapa yang Menjaga Warisannya?

Pada 6 Desember 2023 di Kasane, Botswana, UNESCO menetapkan Budaya Sehat Jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dunia, menjadikannya WBTb Indonesia yang ke-13. Penetapan ini dilakukan dalam sidang komite ke-18 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage dan merupakan hasil kolaborasi antara komunitas lokal dan pemerintah Indonesia. Sebuah kabar membanggakan, tetapi sekaligus tanggung jawab besar. Pertanyaannya: bagaimana kita bisa terus melestarikannya?

Fahrunnisa (51) menjawabnya dengan tindakan. Semangatnya hidup dalam sosok sederhana, yang tinggal di sebuah sudut Kapanewon Girimulyo, Kab. Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Ia adalah penerima manfaat Program Ekonomi Umat (PEU) dari Kemenag dan LAZ Al Azhar. Bermodal tekad dan keberanian, Nisa mendirikan usaha jamu yang diberi nama ”Mak Sruput” pada 2012.

Setiap usaha tentu tak selalu mulus. Begitu juga yang dirasakan Nisa. Ujian finansial sempat menggoyahkan usahanya, tetapi ia memilih untuk tidak menyerah. Pada 2022, ia bangkit kembali dengan keyakinan bahwa harapan selalu lebih besar daripada cobaan.

Dari Dapur ke Perbukitan Girimulyo

Produk jamu racikannya pernah mengikuti kurasi di Bandara YIA, Kulon Progo. Meski belum lolos, ia tidak patah arang. Berbagai legalitas seperti NIB, PIRT, dan Sertifikasi Halal sudah dikantongi. Kini, ia percaya diri mengajak kerabat, toko, bahkan restoran untuk jadi reseller. Salah satunya Kopi Ingkar Janji, restoran populer di Menoreh, yang turut menjadi titik nikmatnya jamu Mak Sruput.

Tahun 2024, melalui kolaborasi Kemenag & LAZ Al Azhar, Fahrunnisa mendapatkan pendampingan usaha dan pembiayaan dari Program Ekonomi Umat. Pendampingan tersebut bukan hanya untuk laba, tapi juga membina aspek ruhiyah, karena bisnis yang berkah tumbuhnya harus menyeluruh.

Ia Dibina, didampingi, dan terus bertumbuh. Hasilnya? Omzet kotor pada Juli tembus Rp5 juta. Bahkan kini, ia mulai membudidayakan tanaman herbal di pekarangan rumah, agar lebih mandiri dan berkelanjutan.

Dari usaha kecil, tumbuh perlahan (an numuw), lalu berkembang jadi berkah (ziyadah). Itulah makna zakat dan itulah impian sederhana seorang womenpreneur dari Dukuh Kepek, Desa Pendoworejo, Girimulyo.

Mak Sruput bukan sekadar jamu. Ini tentang warisan, tentang Indonesia. Mari terus dukung usaha lokal. Mari jaga budaya kita. Lestari jamu Indonesia, lestari Mak Sruput.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA