Ini kisah tentang abah Latif, seorang kuli pacul yang kehilangan rumah akibat gempa yang mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada senin, 21 November 2022 lalu. Gempa berkekuatan Magnitudo 5,6 telah menyisakan duka mendalam untuk warga sekitar yang terdampak. Ribuan rumah warga dan fasilitas umum luluh lantak dengan menyisakan puing-puing bangunan yang ambruk. Tak terkecuali rumah sederhana yang ditempati Abah Latif.
Tidak pernah terduga, kejadian nahas akan menimpa Abah Latif saat itu. Seorang lansia yang berumur 70 tahun ini, sempat terpental sejauh empat meter dari tempat semula akibat kencangnya getaran gempa. Abdul Latif nama lengkapnya, menceritakan tentang pengalamannya ketika gempa terjadi, saat itu ia sedang bekerja sukarela membersihkan pemakaman umum dan kemudian gempa terjadi tiba-tiba dengan kekuatan besar.
“Setelah kejadian gempa, Abah langsung pulang ke rumah lihat kondisi rumah dan keluarga juga. Sepanjang jalan menuju rumah itu, rumah-rumah warga pada hancur, ada yang ringan ada yang ambruk. Ibu-ibu dan anak-anak banyak yang nangis dan ketakutan,” kenangnya.
Baca Juga: Warga Desa Cilembu Manfaatkan Saung Ilmu untuk Kegiatan Posyandu
Kondisi pasca kejadian gempa begitu kacau, bangunan hancur, banyak korban terluka, dan kerugian lainnya telah mengubah kehidupan para penyintas. Begitupun yang dirasakan keluarga Abah Latif, kejadian gempa Cianjur membuat rumah beliau rusak berat, keluarganya pun mengalami luka-luka ringan, dan hal ini memaksa abah Latif dan keluarga untuk mengungsi di posko-posko yang ada di Kampung Wargaluyu.
Kondisi fisik Abah Latif tidak lagi kuat. Bahkan Abah seringkali mengeluhkan penyakit sakit pinggang yang dideritanya sejak 15 tahun terakhir hingga menyebabkan keadaannya menjadi bungkuk. Namun, ada kewajiban yang harus ia lakukan sebagai kepala rumah tangga dengan bekerja sebagai buruh serabutan atau kuli pacul. Sudah beberapa tahun ini Abah Latif memutuskan untuk berhenti menjadi kuli pacul dan hanya mengandalkan pemberian dari sang anak.
“Sekarang mah Abah sudah tidak jadi kuli macul lagi soalnya badannya udah enggak kuat. Buat memenuhi kebutuhan dapur, abah dibantu oleh putra yang bekerja di luar kota,” ujarnya.
Baca juga: Alumni Sekolah Al Azhar dan Palazar Berikan Bantuan untuk Penyintas Gempa Cianjur
Menginjak usia sepuh seperti Abah Latif tentu akan sangat rentan jika berada dalam lingkungan tenda pengungsian terlalu lama. Sebagai bentuk kepedulian kepada para penyintas gempa Cianjur, LAZ Al Azhar membantu meringankan beban abah Latif dengan mendirikan Rumah Sementara Layak Huni (Rusli). Pembangunan Rusli dilakukan secara bergotong royong bersama warga sekitar dan tim Formula LAZ Al Azhar. Selama proses pembangunan Abah Latif begitu semangat karena beliau dan keluarga bisa tinggal kembali di rumah setelah sebelumnya mereka tinggal di tenda pengungsian.
“Abah Latif itu punya semangat yang tinggi, beliau selalu membantu saat pembangunan Rusli walaupun dengan keterbatasan fisiknya, beliau tetap bekerja membantu serta selalu sabar menunggu pembangunan Rusli selesai,” ujar Dofi Ridofillah, Koordinator tim Formula LAZ Al Azhar.
Abah Latif hanya satu dari sekian ribu penyintas yang masih memerlukan bantuan rumah sementara. Hingga saat ini, para penyintas masih menempati tenda-tenda pengungsian. LAZ Al Azhar terus membuka peluang berbuat baik untuk membangunkan Rusli untuk para penyintas gempa. Rencananya akan dibangun 1000 Rusli yang bisa dimanfaatkan para terdampak gempa.