Ini menjadi pengalaman pertama bagi Kriskama menginjakkan kaki di pulau terpencil untuk mengabdikan diri menjadi seorang dai sahabat masyarakat (Dasamas). Perjuangannya dalam menggerakkan masyarakat bukan menjadi hal yang mudah. Tentu membutuhkan kerja keras dan ketulusan hati dalam menjalankan semua tanggung jawab dan amanah umat.
Bernama lengkap Kriskama Aprianto yang akrab dengan panggilan Kris ini, merupakan pemuda asal Serang, Banten yang rela menjalankan tugas berdakwah dan membawa perubahan bagi masyarakat di pelosok pulau yang berlokasi di Desa Sokop, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Terpisah jarak ratusan kilometer dengan keluarga dan sanak saudara menjadi pilihan terbaik untuk terus menebarkan kebaikan untuk sesama. Dedikasinya, tentu patut untuk diberi apresiasi, berkat kerja keras dan kegigihan yang dilakukan Kris mampu menghadirkan perubahan sosial, ekonomi, keagamaan, dan pendidikan bagi masyarakat sekitar.
Di tengah gencarnya para milenial mencari pekerjaan di perkotaan, Kris mampu membuktikan bahwa mengembangkan kemampuan diri dapat dilakukan di mana saja, meskipun di lokasi terpencil. Bahkan baginya, perubahan tersebut akan begitu terasa nyata ketika apa yang ia lakukan, manfaatnya turut dinikmati masyarakat pelosok.
“Buat saya Dasamas adalah seorang pendakwah atau pendamping masyarakat yang memberikan segala bentuk kebermanfaatan bagi masyarakat yang didampingi maupun masyarakat sekitarnya,” kata Kris.
Kris sendiri memiliki latar belakang pendidikan Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan dari Kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor. Kris memutuskan untuk menjadi seorang Dasamas karena panggilan jiwa. Tahun 2020 Ia mulai bergabung menjadi pendamping desa dalam program pemberdayaan bersama LAZ Al Azhar dan YBM PLN.
Tidak ada hal yang mudah dalam memulai sebuah tugas, suka dan duka menjadi Dasamas pun telah dirasakan oleh Kris. Akses lokasi yang cukup jauh dari perkotaan adakalanya menjadi hambatan karena cukup sulit untuk membeli kebutuhan maupun keperluan guna memperkuat instrumen. Selain itu, akses jalan yang cukup jauh serta jalan yang rusak, menyulitkan untuk mobilisasi dalam penyebaran informasi ke stakeholder terkait baik pemerintahan maupun swasta.
Namun, di balik usaha yang dilakukan selama 2 tahun berjalannya program pemberdayaan masyarakat desa juga telah menghadirkan kemajuan positif dan sejumlah prestasi capaian yang dapat dirasakan masyarakat. Dimulai dari peningkatan kapasitas keilmuan kader atau sumber daya masyarakat lokal yang mulai mengerti akan budidaya sayuran dan kopi bahkan mereka telah mempraktikkannya secara langsung.
“Alhamdulillah, perubahan sosial ekonomi terus berkembang bahkan beberapa anggota sudah mampu menjual hasil panen sayuran sebagai bentuk penghasilan tambahan. Selain itu banyak lahan yang awalnya tidak termanfaatkan kini menjadi lebih produktif,” ungkap Kris.
Peran dan tugasnya menjadi seorang Dasamas di Desa Sokop, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau yakni sebagai seorang penyuluh, mediator, motivator, mobilisator, dan juga coaching bagi masyarakat. Berbagai kegiatan dilakukan demi mendorong keberhasilan program pemberdayaan desa, di antaranya dengan menghidupkan kegiatan di Balai Cahaya yang menjadi pusat pengetahuan dan keterampilan masyarakat, memaksimalkan manfaat instrumen Rumah Bibit yang terintegrasi dengan memanfaatkan lahan pekarangan sebagai dapur hidup keluarga, mengembangkan potensi perkebunan Kopi Liberika sebagai sumber penghasilan utama yang akan datang dengan memanfaatkan lahan seluas 1 hektare dengan perkiraan populasi tanaman mencapai ± 1.600 tanaman kopi, memberikan fasilitas kepada para kader dalam program tabungan dan simpanan masyarakat.
Selain itu, di bidang kesehatan juga Dasamas turut membuka akses dengan bekerjasama melakukan kegiatan posyandu rutin bagi balita dan ibu hamil dengan petugas kesehatan setempat. Sedangkan di bidang pendidikan agama, Kris turut memberikan fasilitas pendidikan untuk anak mualaf agar mampu mendalami ilmu agama Islam.
Baca juga: Kisah Buruh yang Kini Raup Jutaan Rupiah dari Hasil Pertanian
Hingga saat ini terdapat 27 orang terbantu secara peningkatan ekonomi keluarga, di bidang pendidikan terbantu sebanyak 42 murid atau siswa yang mendapatkan pendampingan dan beasiswa pendidikan, pada bidang kesehatan terdapat 30 orang yang rutin mengikuti penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan, dan pendampingan secara intens kepada 2 anak mualaf.
Katat (53), selaku penerima manfaat sekaligus Wakil Ketua Balai Cahaya mengaku dengan adanya kegiatan pemberdayaan ini masyarakat menjadi lebih terbantu untuk pengembangan segala potensi yang ada di desa. Selain itu, dengan adanya program pendampingan juga membuat pengetahuan dan keilmuan masyarakat bertambah karena memang di Desa Sokop begitu minim warga yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
“Kami merasa sangat terbantu sekali atas hadirnya program pemberdayaan desa ini. Perubahan positif jelas terlihat dari warga kami yang mulai rajin untuk bersosialisasi sehingga terjalin kerjasama warga dan kekompakan yang cukup kuat. Sehingga kami sangat berterima kasih kepada LAZ Al Azhar dan YBM PLN yang telah memberikan program pemberdayaan di dusun kami,” ujarnya.
Kris memiliki harapan besar kepada kader lokal untuk terus berproses menjadi kader yang unggul sehingga bisa meningkatkan kemampuan SDM dan bisa menyampaikan kembali pengetahuaan terkait dunia pemberdayaan kepada masyarakat luas sehingga dapat mewujudkan kondisi sosial dan perekonomian semakin mandiri dan sejahtera.
Kiat suksesnya dalam menjalankan tugas menjadi seorang Dasamas bersumber dari doa dan ikhtiar yang kuat. Tekadnya memberikan yang terbaik untuk masyarakat menciptakan keberhasilan berjalannya program.
“Sukses itu sebenarnya adalah hasil. Hasil dari ikhtiar yang dilakukan tentu dibarengi dengan doa. Artinya tidak ada kesuksesan yang dapat diraih tanpa adanya ikhtiar dan doa, semua aktivitas yang dilakukan niatkan untuk beribadah kepada Allah, lalu maksimalkan ikhtiar, perpanjang doa dan tawakal dengan hasilnya nanti,” ungkap Kris.