Kisah Bu Tetty Trisnawati (51) yang tangguh dan berjuang untuk menghidupi kedua anaknya merupakan sebuah inspirasi. Sejak 10 tahun lalu, Bu Tetty merantau ke Jakarta dengan harapan bisa merubah nasib menjadi lebih baik. Meskipun hidup dalam kontrakan sederhana di wilayah Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, ia terus berikhtiar menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan kopi agar anak-anaknya dapat terus bersekolah dan meraih kesuksesan di masa depan.
Meski Bu Tetty hanya bermimpi sederhana, yaitu melihat anak-anaknya tumbuh dengan pendidikan yang cukup, Putri, anak perempuannya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dan Wahyu, anak laki-lakinya yang sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), tumbuh menjadi anak-anak yang kuat dan berbakti pada sang ibu. Meski telah kehilangan ayah mereka yang pergi tanpa kabar sejak Putri berusia satu tahun, Putri dan Wahyu tetap semangat belajar dan membantu Bu Tetty berjualan kopi. Walau mereka tidak dapat bebas bermain dan berkumpul dengan teman-temannya seperti anak-anak seumuran mereka, tetapi kisah inspiratif ini menunjukkan betapa pentingnya semangat untuk belajar dan berusaha untuk mencapai cita-cita.
Di tengah tantangan ekonomi yang dihadapi, Bu Tetty menghadapi ujian yang semakin berat ketika pandemi datang dan ia menderita penyakit stroke. Tepat dua tahun yang lalu, Bu Tetty terjatuh di teras depan kontrakannya dengan posisi terlentang. Saat itu, ia sempat dirawat di rumah selama tiga bulan. Namun, kondisinya semakin memburuk dan ia harus dirawat di rumah sakit karena tidak bisa digerakkan.
Baca juga: Qadha dulu atau Syawal dulu?
Saat dokter memberitahu bahwa ia terkena stroke dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sembuh, pikiran Bu Tetty langsung tertuju pada kedua anaknya yang masih kecil dan belum bisa bekerja. Ia merasa sedih karena tidak bisa lagi berjualan kopi keliling di sekitar Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang selama ini menjadi sumber penghasilannya dan melakukan perjalanan dari siang hari hingga larut malam dengan ditemani oleh anak perempuannya.
“Dulu waktu masih sehat bisa keliling jualan kopi, nyari rezeki buat anak-anak sama buat makan sehari-hari,” ungkap Bu Tetty sambil terbata-bata.
Setelah menjalani pengobatan selama enam hari di rumah sakit, Bu Tetty harus melanjutkan serangkaian pengobatan seperti terapi dan cek-up secara berkala. Namun, sayangnya pengobatan Bu Tetty terpaksa harus dihentikan karena keterbatasan biaya dan tidak ada yang bisa mengantarnya. Sampai saat ini, Bu Tetty masih belum bisa menggerakkan tangan.
Meski begitu, Bu Tetty tetap yakin bahwa apa yang Allah SWT tetapkan pasti sesuai dengan kemampuan hambaNya. Ia mengandalkan bantuan dari para tetangga sekitar yang membantunya membuat gerobak untuk berjualan kopi dan minuman di sekitar rumahnya. Meskipun kondisinya lemah, Bu Tetty tetap gigih berjuang untuk menghidupi kedua anaknya.
“Setiap pagi Wahyu yang dorongin gerobak, terus saya jalan ke warung dipapah Putri, dan dia juga nemenin nungguin. Orang-orang yang beli itu ngelayanin sendiri, saya cuman liatin aja,” kata Bu Tetty.
Baca juga: Pengertian dan Jenis Zakat dalam Islam
Warung minuman milik Bu Tetty menerapkan sistem self-service. Biasanya pelanggan yang datang pada pagi hari dapat memesan minuman secara mandiri. Namun, saat siang tiba, Putri akan membantu ibunya untuk menjaga warung dan melayani pelanggan. Meski penghasilannya bervariasi antara 20-50 ribu rupiah per hari, Bu Tetty tetap semangat untuk menghidupi keluarganya melalui usahanya.
"Ibu ingin mendapatkan uang untuk ongkos sekolah anak-anak. Untuk Puput dan Wahyu. Ibu tidak memikirkan hal lain selain itu, asalkan mereka bisa bersekolah," kata Bu Tetty dengan terbata-bata.
Pada Idulfitri kali ini, Bu Tetty tidak memiliki keinginan yang banyak. Selama bulan Ramadan, Bu Tetty tidak berjualan dan hanya mengandalkan bantuan makanan dari tetangga.
“Pingin dikasih kesehatan aja sama Allah, biar bisa ngejagain anak-anak, cari nafkah buat mereka kayak dulu,” harapnya.
Melihat kondisi Bu Tetty dan anak-anaknya, menjelang Ramadan lalu LAZ Al Azhar memberikan bantuan berupa kursi roda amanah dari Sahabat Al Azhar. Bantuan ini sangat dibutuhkan agar Bu Tetty tidak perlu dipapah Putri saat berjualan, terlebih badannya jauh lebih besar daripada Putri. Bu Tetty juga sudah lama bercita-cita memiliki kursi roda agar bisa mengikuti ibadah tarawih selama Ramadan, namun karena keterbatasan biaya hal tersebut belum terwujud. Oleh karena itu, Bu Tetty merasa sangat bersyukur karena keinginannya bisa terpenuhi.
Selain itu, menjelang lebaran, LAZ Al Azhar juga menyalurkan bantuan paket sembako untuk memenuhi kebutuhan harian dan nutrisi keluarga Bu Tetty. Paket sembako tersebut terdiri dari beras, telur, terigu, minyak goreng, gula, susu, teh, makanan ringan, makanan kaleng, dan bahan pokok lainnya yang diberikan secara langsung. Amil LAZ Al Azhar juga mengajak Putri berbelanja ke pusat perbelanjaan untuk membeli keperluan lebaran seperti alat salat, baju muslim, sepatu anak-anak, tas, dan peralatan sekolah lainnya. Bu Tetty merasa bahagia karena di Idulfitri ini ia dan kedua anaknya bisa merayakannya dengan suka cita. Semoga keberkahan Ramadan dan kebahagiaan menyambut Idulfitri dapat dirasakan oleh semua orang, terutama bagi mereka yang membutuhkan.