Aynut Dhobit, Dasamas Penggerak “Desa Lumpuh” Menjadi Berdaya

Aynut Dhobit, Dasamas Penggerak “Desa Lumpuh” Menjadi Berdaya


Khaerun Nisa
22/06/2022

"Tantangan terberat menjadi Dasamas (Dai Sahabat Masyarakat) adalah harus bisa mengendalikan diri sendiri, sebelum masyarakat secara luas. Kecerdasan dalam membaca situasi dan kondisi juga sangat penting, karena perubahan yang terjadi di tengah masyarakat begitu cepat," ungkap Aynut Dhobit, Dasamas yang ditempatkan LAZ Al Azhar di Desa Puncu, Kediri, Jawa Timur.

Tahun 2014 menjadi tahun kelam bagi warga desa sekitar lereng Gunung Kelud. Erupsi yang terjadi saat itu melumpuhkan hampir semua daerah di pulau Jawa saat itu, begitupun yang dialami Desa Puncu. Berjarak tepat 6 kilometer dari puncak letusan, tak terbayangkan bagaimana kondisi Desa Puncu saat itu. Luluh lantak, ribuan rumah warga hancur dan tertutup abu tebal, lahan pertanian rusak tak terselamatkan, aktivitas penduduk terhenti untuk jeda waktu yang cukup lama. 

Dampak yang dirasakanpun berat dengan lumpuhnya sektor ekonomi, pendidikan, serta aktivitas masyarakat lainnya. Mayoritas penduduk Desa Puncu bekerja sebagai petani, menggantungkan hidup dari hasil panen. Namun, bencana erupsi telah menghilangkan mata pencahariannya. Butuh waktu untuk mengembalikan kondisi desa seperti sediakala.

LAZ Al Azhar dengan tim FORMULA tanggap bencana berikhtiar bersama melakukan aksi untuk recovery infrastruktur serta melakukan pendampingan dengan tujuan memulihkan kembali ekonomi, pendidikan, kesehatan dan keagamaan pasca erupsi melalui Program Indonesia Gemilang dan Sejuta Berdaya. 

Insiasi program dalam rangka memulihkan kembali sektor-sektor yang terdampak dilakukan melalui program-program recovery dengan menempatkan seorang pendamping masyarakat sebagai Dasamas. Aynut Dhobit, pemuda asal Pati yang telah berkhidmat selama 6 tahun sejak bencana erupsi terjadi, mengabdikan diri untuk berjuang membersamai masyarakat Desa Puncu kembali berdaya.

Mengemban amanah menjadi seorang Dasamas bukanlah hal yang mudah. Meninggalkan kampung halaman dan sanak saudara merupakan pengorbanan yang luar biasa. Selain mengawal keberlangsungan berjalannya program, Aynut Dhobit juga giat dalam menyiarkan agama Islam. Kebingungan kerap menyapanya saat itu, bagaimana tidak ia harus membangkitkan semangat warga desa di berbagai sektor. Mengembangkan potensi- potensi Desa Puncu agar kembali normal.

“Saat itu saya sempat kebingungan untuk memulai pendampingan dari sektor mana. Ya sudah, saya maju terus saja dulu karena saya pikir ini waktu terbaik untuk mulai mengabdi bagi umat,” ungkapnya.

Begitu banyak potensi yang ada di Desa Puncu seperti sektor pertanian, dimana potensi tanaman cabe dan kopi dapat dikelola dan diolah dengan baik yang dapat meningkatkan kembali ekonomi masyarakat sekitar. Berbekal pengamatan pada potensi yang ada, Dasamas dengan pembawaan kalem namun memiliki analisa tajam ini meyakinkan dirinya pada saat itu juga untuk menjadi pendamping.

Memperoleh pengakuan dari masyarakat sekitar menjadi tantangan tersendiri baginya. Karena ia harus beradaptasi dengan pola hidup dan karakter yang beragam. Berbekal istiqomah dan yakin hasil dari sebuah ikhtiar, Aynut Dhobit terus berusaha menjalankan tugasnya. 

Ikhtiarnya kini, telah membawa perubahan bagi masyarakat di lereng Gunung Kelud. Warganya kembali produktif dengan memanfaatkan potensi-potensi alam yang melimpah. Komoditi pertanian seperti cengkih, kopi, lombok, bawang merah, alpukat dan durian menjadi sumber kehidupan masyarakatnya. 

Dari hasil komoditi pertanian tersebut masyarakat sekitar mulai memanfaatkannya dengan mengolah produk kopi dan cabai sebagai produk unggulan. Kopi liberika dan robusta Kelud menjadi idola para pecinta kopi, sedangkan cabai rawit yang melimpah di sini dimanfaatkan untuk produk bon cabe.

Beragam inovasi olahan berhasil dikelola secara kelompok yang tergabung di Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Lamor Kelud. Besarnya manfaat yang dirasakan para anggota KSM Lamor Kelud ini tidak hanya memudahkan akses pembiayaan pertanian berbasis syariah yang ramah petani, tetapi juga meningkatkan kualitas keagamaan dan jiwa entrepreneur di setiap anggotanya. 

Baginya, peran Dasamas ditengah masyarakat sangat begitu penting dan kompleks. Seorang Dasamas idealnya bisa menterjemahkan filosofi kepemimpinan dari Ki Hajar Dewantara untuk dipraktekan di masyarakat binaan yakni "Ing Ngarso Sung Tulodho, ing madya mangun karso, Tutwuri Handayani". Siap diposisi paling depan sebagai teladan, ditengah bersama-sama untuk membangun dan jika tiba waktunya harus di belakang perlahan melakukan controlling dan mengurangi peran di masyarakat dengan tujuan kemandirian.

BACA JUGA