Maulid Nabi Muhammad saw merupakan momen istimewa yang diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai hari kelahiran Rasulullah. Selain diisi dengan pengajian, doa bersama, dan berbagai kegiatan keagamaan, sebagian umat Islam juga memilih untuk berpuasa sebagai bentuk penghormatan dan kecintaan kepada Nabi. Namun, muncul pertanyaan: apakah boleh berpuasa pada saat Maulid Nabi? Dan jika boleh, bagaimana niat puasanya?

Tidur adalah salah satu nikmat terbesar yang Allah karuniakan bagi manusia. Ia menjadi waktu untuk memulihkan tubuh dan menenangkan jiwa.

Semangat berbagi dan peduli terhadap sesama merupakan bagian penting dari kehidupan beragama. Salah satu wujud nyata dari nilai tersebut adalah infak, yaitu pengeluaran harta di jalan Allah yang dilakukan dengan penuh keikhlasan tanpa syarat tertentu. Berbeda dengan zakat, infak lebih fleksibel dan dapat dilakukan kapan saja tanpa batasan waktu atau jumlah tertentu.

Puasa Tasua dan Asyura merupakan amalan sunah yang memiliki keutamaan dalam Islam. Kedua puasa ini biasa dilaksanakan pada 9 dan 10 Muharam, yang jatuh pada 5 dan 6 Juli 2025. Rasulullah saw menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada hari-hari ini, sebagai bentuk syukur atas kemenangan Nabi Musa ‘alaihis-salam dari kezaliman Fir’aun, serta sebagai bentuk ibadah yang mampu menghapuskan dosa-dosa kecil setahun yang lalu.

Wanita yang sudah berhenti dari haid, maka hendaklah menyucikan diri dengan mandi, dan janganlah menunda-nunda untuk bersuci karena ini tidak diperbolehkan, meskipun demikian terdapat keringanan untuk menunda dalam situasi tertentu, seperti sakit atau tidak adanya air. Namun penundaan tanpa adanya alasan syar’i jelas tidak dibenarkan.

Sebagai seorang hamba yang senantiasa berusaha taat kepada Allah Swt, salat sunah tidak hanya memperkuat hubungan spiritual dengan Allah, tetapi juga membawa berkah dan pahala yang besar bagi yang melakukannya.

Jika ada amalan ringan mampu membawa keberkahan yang melimpah tentu sangat disayangkan untuk dilewatkan. Lalu amalan apa sajakah itu?