Pancasila: Masihkah Jadi Nafas Bangsa di Tengah Krisis Moral?

Pancasila: Masihkah Jadi Nafas Bangsa di Tengah Krisis Moral?


Eliyah
02/06/2025
17 VIEWS
SHARE

Setiap tanggal 1 Juni, kita memperingati Hari Lahir Pancasila. Bukan sekadar rutinitas tahunan atau upacara seremonial yang penuh formalitas, hari ini semestinya menjadi momen refleksi bersama.

Pancasila bukan hanya lima sila yang kita hafalkan sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Lebih dari itu, ia adalah cermin nilai-nilai kehidupan yang seharusnya kita hayati dan jalani, gotong royong, toleransi, keadilan, saling menghormati, dan kemanusiaan.

Di era banjir informasi seperti sekarang, ketika hoaks, ujaran kebencian, dan polarisasi mudah tersebar lewat media sosial, keberadaan Pancasila justru semakin relevan. Ia mengingatkan kita bahwa Indonesia tidak dibangun karena kita semua seragam, tetapi karena kita mau saling menerima perbedaan.

Coba lihat sekitar kita. Toleransi hidup dalam aksi kecil: saat tetangga beda agama saling bantu di saat duka atau bahagia. Keadilan terasa ketika suara rakyat benar-benar didengar. Persatuan nyata dalam canda tawa lintas suku di ruang kelas, tempat kerja, atau warung kopi.

Pancasila tidak cukup dihafal, ia harus dijalani dalam kejujuran saat bekerja, keadilan saat mengambil keputusan, kesantunan dalam berinteraksi, serta kepedulian kepada sesama, apapun latar belakangnya.

Baca juga: Ini yang Harus Kamu Tahu tentang Arti Kemerdekaan!

Sayangnya, selama ini Pancasila lebih sering menjadi dokumen teks daripada pedoman hidup. Kita butuh aksi nyata: mendidik anak-anak dengan nilai-nilai kebangsaan, melawan diskriminasi, serta menolak ketidakadilan yang masih ada di berbagai sudut negeri.

Generasi hari ini boleh tumbuh di tengah gelombang globalisasi dan modernisasi. Namun, justru karena itulah, Pancasila harus tetap menjadi kompas moral dan nilai-nilai luhur yang kita rawat bersama.

Hari ini, mari kita rayakan bukan hanya lahirnya Pancasila, tapi juga lahirnya harapan bahwa setiap anak bangsa berhak tumbuh dalam damai, hidup dengan adil, dan saling merangkul dalam keberagaman.

Karena pada akhirnya, Pancasila adalah kita. Kita yang memilih untuk terus belajar menjadi bangsa yang lebih baik.

Kalau bukan kita yang menghidupkan Pancasila, siapa lagi?


Yukk! Berkurban di LAZ Al Azhar. Klik di sini.

Perasaan kamu tentang artikel ini?

BACA JUGA