Secara umum, zakat maal adalah zakat yang dikenakan atas harta yang dimiliki oleh individu muslim atau badan usaha yang dimiliki muslim dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara syariah.
Secara etimologis, istilah zakat maal berasal dari bahasa Arab “zakah mal” dimana artinya adalah suatu upaya untuk menyucikan harta benda milik seseorang, dan agar manusia lebih peduli terhadap sesama dengan melakukan amal.
Berikut adalah syarat-syarat harta yang wajib untuk dizakatkan:
a. Merupakan kepemilikan penuh,
b. Harta yang dapat berkembang,
c. Sudah mencapai nishab,
d. Melebihi kebutuhan pokok,
e. Kepemilikan hartanya sudah sampai satu tahun, kecuali zakat pertanian dan zakat rikaz.
Adapun harta- harta yang menjadi objek zakat, dalam Al-Quran tidak dijelaskan secara rinci dan tegas tentang jenis, macam, serta ukuran harta yang wajib dizakati. Dalam hal perincian mengenai harta benda, ukuran dan cara melaksanakannya dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya, dan selanjutnya dijelaskan oleh para ulama melalui ijtihadnya.
Jenis harta yang menjadi obyek/sumber zakat yang dikemukakan dalam Al-Quran dan Hadits, pada dasarnya ada 4 jenis, yaitu: pertanian (tanaman, buahan), hewan ternak, emas dan perak, perdagangan. Zakat maal meliputi:
1. Emas dan perak;
2. Uang dan surat berharga;
3. Perniagaan;
4. Pertanian dan perkebunan;
5. Peternakan;
6. Pertambangan;
7. Perindustrian;
8. Rikaz.
Berikut syarat seseorang wajib mengeluarkan zakat adalah sebagai berikut:
1. Islam
2. Merdeka
3. Berakal dan baligh
4. Memiliki nishab
Makna nishab disini adalah ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan oleh syar’i (agama) untuk menjadi pedoman menentukan kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya, jika telah sampai ukuran tersebut. Orang yang memiliki harta dan telah mencapai nishab atau lebih, diwajibkan mengeluarkan zakat dengan dasar firman Allah,
“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.” (Qs. Al Baqarah: 219)
Makna al afwu dalam ayat tersebut adalah harta yang telah melebihi kebutuhan. Oleh karena itu, Islam menetapkan nishab sebagai ukuran kekayaan seseorang.
Syarat-syarat nishab adalah sebagai berikut:
1. Harta tersebut di luar kebutuhan yang harus dipenuhi seseorang, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan alat yang dipergunakan untuk mata pencaharian.
2. Harta yang akan dizakati telah berjalan selama satu tahun (haul) terhitung dari hari kepemilikan nishab dengan dalil hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Tidak ada zakat atas harta, kecuali yang telah melampaui satu haul (satu tahun).” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al Al Bani)
Dikecualikan dari hal ini, yaitu zakat pertanian dan buah-buahan. Karena zakat pertanian dan buah-buahan diambil ketika panen. Demikian juga zakat harta karun (rikaz) yang diambil ketika menemukannya.
Sumber: Buku panduan zakat LAZ Al Azhar