“Jika hidup adalah ladang perjuangan, maka Oyon telah menanam lebih dari sekadar padi. Ia menanam harapan dan menumbuhkan keteguhan.”
Oyon, petani ulet dari Kampung Sukasirna, Desa Manggungsari, Kec. Rajapolah, lahir di Tasikmalaya pada 30 Agustus 1964. Ia bukan sekadar petani biasa, ia adalah simbol perjuangan yang tidak mengenal kata menyerah. Di usia senjanya, ia masih mengolah sawah seluas 500 meter persegi memelihara enam ekor domba, dan berdagang cimol serta batagor demi menghidupi keluarganya. Ya, tak ada kata “terlalu tua” untuk bekerja keras bagi orang seperti Oyon. Namun, siapa sangka jalan hidup pernah membawanya jauh dari sawah dan kampung halaman?
Di masa muda, ia merantau ke Bintaro. Menjadi pedagang kaki lima yang menjajakan cimol dan batagor di tengah hiruk-pikuk kota. Dari situlah ia belajar tentang kerasnya hidup, tentang bagaimana menggenggam harapan saat kantong kosong, dan tentang pentingnya bangkit meski jatuh berkali-kali.
Ketika akhirnya ia kembali ke kampung, pertanianlah yang menyambutnya. Dan sejak itu, ia tidak pernah berpaling. Tapi bukan berarti jalan hidupnya lantas menjadi mudah. Keterbatasan modal, harga pupuk yang tak menentu, dan hasil panen yang tak selalu sesuai harapan. Semua itu nyaris membuatnya menyerah. Namun, ada satu hal yang tak pernah berubah, yaitu tekadnya.
Terang dari RPP dan Saung Ilmu
Hingga suatu waktu, harapan akhirnya datang melalui program Rumah Pembiayaan Pertanian (RPP) dan Saung Ilmu Kawasan Berdikari. Dari sinilah titik balik itu dimulai. Bersama Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sarimukti Berdikari, Oyon mendapatkan akses modal yang halal, bebas riba, tepat waktu, dan penuh keberkahan. Tak ada lagi kekhawatiran mencari pinjaman dengan bunga mencekik.
Di Saung Ilmu, Oyon mendapat bimbingan penyuluh yang sabar. Ia belajar bertani lebih efisien, ramah lingkungan, dan menguntungkan. Hasil panennya meningkat, meski lahannya tetap sama.
Lebih dari Sekadar Pekerjaan
Bagi Oyon, bertani bukan sekadar mencari nafkah. Ini adalah amanah, sebuah cara untuk menjaga dapur tetap mengepul, untuk menyekolahkan anak, dan membuat desa tetap hidup. Ia sadar, petani bukan sekadar penggarap tanah, mereka adalah penyangga ketahanan pangan, penjaga keberlangsungan hidup bangsa. Dan bagi Oyon, pekerjaan itu adalah kehormatan. Di pundaknya, bukan hanya cangkul yang ia pikul, tetapi juga harapan keluarga dan masa depan generasi berikutnya.
Hidup adalah tentang bertahan, bukan menyerah. Kisah Oyon mengingatkan kita bahwa menjadi luar biasa tak harus viral, tak harus kaya raya, tak harus memiliki ribuan pengikut. Kadang, menjadi luar biasa berarti tetap setia pada ladang sendiri, tetap semangat meski hasil tak seberapa, dan tetap bersyukur meski penuh dengan peluh.
“Di setiap retaknya, ada jejak kaki yang tak pernah lelah berjalan menuju harapan”
Oyon adalah cerminan dari banyaknya petani Indonesia; senyap, namun tangguh. Lelah, tapi tak pernah menyerah. Tak menuntut banyak, hanya ingin hidup cukup, halal, dan bermartabat. Dan melalui program RPP serta Saung Ilmu, ia menemukan jalannya. Bukan sekadar untuk bertahan, tetapi juga untuk bangkit dan tumbuh lebih baik.